Mengenai Saya

Indramayu, Jawa Barat, Indonesia
Pengajar di Institusi Kebidanan Swasta di Jawa Barat.

Menurut Anda, Seberapa bermanfaat peran Bidan di Indonesia?

Kamis, Maret 19, 2009

Kesehatan Reproduksi Remaja

Kesehatan Reproduksi Remaja
1.3.1 Pengertian Remaja
Remaja adalah kelompok minoritas yang punya warna tersendiri, ”dunia” tersendiri yang sukar dijamah oleh orang-orang tua dan tidak mustahil mereka adalah kelompok yang bertanggungjawab terhadap bangsa dalam masa depan(26).
Beberapa pendapat tentang rentangan usia dalam masa remaja dikemukakan oleh :
1. L.C.T Bigot, Ph. Kohnstam dan B.G. Pallad, ahli psikologi berbangsa belanda menjelaskan bahwa usia remaja adalah 15-21 tahun
2. Elizabeth B.Hurlock, menjelaskan rentangan usia remaja antara 13-21 tahun, yang dibagi pula dalam masa remaja awal usia 13/14 tahun-17 tahun dan remaja akhir 17-21 tahun.
3. Jersid, at.all; tidak memberikan batasan pasti rentangan usia remaja. Masa remaja melingkupi periode atau masa bertumbuhnya seseorang menunjukkan tanda-tanda pubertas dan berlanjut hingga dicapainya kematangan seksual, dicapai tinggi yang maksimumdan pertumbuhan mental secara penuh yang dapat diramalkan melalui pengukuran tes intelegensi.
4. Menurut WHO, batasan usia remaja adalah 10-19 tahun.
1.3.2 Batasan Usia Remaja
Karena manusia itu termasuk unik, pemberian batasan terhadap beberapa hal yang berkaitan dengannya tidaklah mudah. Dan masa remaja termasuk dalam keunikan itu, sehingga berbagai pendapat tentangnya sering berbeda(26).
Para ahli psikologi berkebangsaan Belanda, seperti L.C.T. Bigot. Ph. Kohnstam dan B.G. Palland, membagi masa kehidupan sebagai berikut :
1. Masa Bayi dan Kanak (0-7)
a. Masa Bayi : 0-1
b. Masa Kanak
- Masa Vital : V 1-2
- Masa Estitis : R 2-7
2. Masa Sekolah/Intelektuil (7-13)
3. Masa Sosial (13-21)
a. Masa Pueral : 13-14
b. Masa Pra-pubertas : 14-15
c. Masa Pubertas : 15-18
d. Masa Adolescence : 18-21
Berdasarkan bentuk perkembangan dan pola perilaku yang tampak khas pada usia-usia tertentu, menurut Elizabeth B. Hurlock, ada 11 masa dalam rentangan kehidupan manusia, yaitu :
1. Prenatal : sejak konsepsi sampai lahir
2. Masa Neonatus : lahir sampai masa kedua setelah lahir.
3. Masa bayi : akhir minggu kedua sampai akhir tahun
kedua.
4. Masa Kanak-kanak Awal : 2 sampai 6 tahun
5. Masa Kanak-kanak Akhir : 6 tahun sampai 10 atau 11 tahun
6. Pubertas/Preadolescence : 10 atau 12 tahun sampai 13 tahun
7. Masa Remaja Awal : 13 atau 14 tahun sampai 17 tahun
8. Masa Remaja Akhir : 17 sampai 21 tahun
9. Masa Dewasa Awal : 21 sampai 40 tahun
10. Masa Setengah Baya : 40 sampai 60 tahun
11. Masa Tua : 60 tahun atau lebih
1.3.3 Ciri-ciri Umum Masa Remaja
Setiap periode penting selama rentang kehidupan memiliki ciri-ciri tertentu yang membedakannya denga periode sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut juga dimiliki remaja, sebagaimana papaaran berikut :
2.3.3.1 Masa yang penting
Semua periode dalam rentang kehidupan memang penting, tetapi ada perbedaan dalam tingkat kepentingannya. Adanya akibat yang langsung terhadap sikap dan tingkah laku serta akibat-akibat jangka panjangnya menjadikan periode remaja lebih penting daripada periode lainnya. Baik akibat langsung maupun akibat jangka panjang sama pentingnya bagi remaja karena adanya akibat fisik dan akibat psikologis.
Cepat dan pentingnya perkembangan fisik remaja diiringi oleh cepatnya perkembangan mental, khususnya pada awal masa remaja. Atas semua perkembangan itu diperlukan penyesuaian mental dan pembentukan sikap, serta nilai dan minat baru(26).

2.3.3.2 Masa transisi
Transisi merupakan tahap peralihan dari satu tahap perkembangan ke tahap berikutnya. Maksudnya, apa yang telah terjadi sebelumnya akan membekas pada apa yang terjadi sekarang dan yang akan datang. Jika seorang anak beralih dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, dia harus meninggalkan segala hal yang bersifat kekanak-kanakan dan mempelajari pola tingkah laku dan sikap baru.
Apa yang telah terjadi akan membekas dan mempengaruhi pola tingkah laku dan sikap yang baru. Osterrieth menjelaskan, ”Struktur psikis remaja berasal dari masa kaak-kanak, dan banyak ciri yang umumnyadianggap sebagai ciri khas masa remaja sudah ada pada akhir masa remaja akan berpengaruh pada masa selanjutnya(26).
2.3.3.3 Masa perubahan
Selama masa remaja, tingkat perubahan sikap dan perilaku sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Bila terjadi penurunan dalam perubahan fisik, penurunan juga akan terjadi pada perubahan sikap dan tingkah laku.
Perubahan yang terjadi pada masa remaja memang beragam, tetapi ada lima perubahan yang terjadi pada semua remaja :
1. Emosi yang tinggi.
2. Perubahan tubuh, minat, dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial menimbulkan masalah baru.
3. Perubahan nilai-nilai sebagai konsekuensi perubahan minat dan pola tingkah laku.
4. Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan.
2.3.3.4 Masa bermasalah
Meskipun setiap periode memiliki masalah sendiri, amsalah masa remaja termasuk masalah yang sulit diatasi, baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Alasannya, pertama sebagian masalah yang terjadi selama masa kanak-kanak diselesaikan oleh orangtua dan guru-guru, sehingga mayoritas remaja tidak berpengalaman dalam menyelesaikannya. Kedua sebagian remaja sudah merasa mandiri sehingga menolak bantuan orangtua dan guru-guru. Dia ingin mengatasi masalahnya sendirian.
2.3.3.5 Masa pencarian identitas
Bagi remaja penyesuaian diri dengan kelompok pada tahun-tahun awal masa remaja adalah penting. Secara bertahap, mereka mulai mengharapkan identitas diri dan tidak lagi merasa puas dengan adanya kesamaan dalam segala hal dengan teman sebayanya.
Banyak cara yang dilakukan remaja untuk menunjukkan identitasnya, antara lain penggunaan simbol-simbol status dalam bentuk kendaraan, pakaian dan pemilikan barang-barang lain yang mudah dilihat. Melalui cara seperti ini, remaja berusaha menarik perhatian orang lain agar mereka memandangnya sebagai individu. Disamping itu, dia juga berusaha mempertahankan identitas dirinya terhadap kelompok sebaya.
2.3.3.6 Masa munculnya ketakutan
Persepsi negatif terhadap remaja seperti tidak dapat dipercaya, cenderung merusak dan berperilaku merusak, mengindikasikan pentingnya bimbingan dan pengawasan orang dewasa. Demikian pula, terhadap kehidupan remaja muda yang cenderung tidak simpatik dan takut bertanggung jawab. Banyak orang dewasa memiliki persepsi yang buruk tentang remaja mengakibatkan sulitnya peralihan ke masa remaja. Hal ini juga mengakibatkan munculnya banyak konflik antara orangtua remaja, serta adanya penghalang untuk saling membantu antara keduanya dalam mengatasi beragam masalah.
2.3.3.7 Masa yang tidak realistik
Remaja cenderung memandang kehidupan dimana ia melihat dirinya dan orang lain sesuai dengan keinginannya dan bukan sebagaimana adanya, terlei dalam hal cita-cita. Cita-cita yang tidak realistik ini tidak hanya bagi dirinya sendiri tapi juga bagi keluarga dan teman-temannya, menyebabkan meningginya emosi yang merupakan ciri dari awal masa remaja.
2.3.3.8 Masa menuju dewasa
Para remaja mulai memusatkan perhatian pada perilaku yang dihubungkan dengan status orang dewasa. Berpakaian dan bertindak seperti orang dewasa tidaklah cukup, oleh karena itu mereka mulai mengikuti kebiasaan orang dewasa seperti merokok, minum-minuman keras, menggunakan obat-obatan, dan terlibat dalam perbuatan seks(26).
1.3.4 Ciri-Ciri Perkembangan Remaja
Menurut ciri perkembangannya, masa remaja dibagi menjadi tiga tahap, yaitu :
1. Masa Remaja Awal (10-14 tahun)
a. Berpikir konkrit.
b. Ketertarikan utama ialah pada teman sebaya dengan jenis kelamin sama, di sisi lain ketertarikan pada lawan jenis dimulai.
c. Mengalami konflik dengan orangtua.
d. Remaja berperilaku sebagai seorang anak pada waktu tertentu dan sebagai orang dewasa pada waktu selanjutnya.
e. Pada masa ini, remaja hanya memiliki pemikiran yang samar tentang dirinya. Mereka tidak mampu mengaitkan perilaku mereka dengan konsekuensi perilaku tersebut.
2. Masa Remaja Tengah (15-16 tahun)
a. Penerimaan kelompok sebaya merupakan isu utama dan sering menentukan harga diri.
b. Remaja mulai melamun, berfantasi dan berpikir hal-hal magis.
c. Remaja berjuang untuk mandiri/bebas dari orangtuanya.
d. Remaja menunjuk perilaku idealis dan narsistik.
e. Remaja menunjukkan emosi yang labil, sering meledak-ledak, mood sering berubah.
f. Hubungan heteroseksual merupakan hal yang penting.
Remaja pada tahap ini bergumul dengan perasaan tergantung versus sendiri karena teman-teman sebaya menggantikan kedudukan orangtua. Mereka memiliki kecenderungan lebih besar untuk menunjukkan variasi emosi mereka yang luas.
Remaja tahap awal dan menengah belajar dan menerima informasi, tetapi tidak mampu menerapkan informasi tersebut dalam kehidupan mereka. Seringkali mereka melakukan trial and error (coba-coba) tanpa memperhitungkan konsekuensinya.
3. Masa remaja akhir (17-21 tahun)
a. Remaja mulai berpacaran dengan lawan jenis.
b. Remaja mengembangkan pemikiran abstrak.
c. Remaja mulia mengembangkan rencana untuk masa depan.
d. Remaja berusaha untuk mandiri secara emosional dan finansial dari orangtua.
e. Cinta adalah bagian dari hubungan heteroseksual yang intim.
f. Kemampuan untuk mengambil keputusan telah berkembang.
g. Perasaan kuat bahwa dirinya adalah seorang dewasa berkembang.
Remaja tahap akhir memahami dirinya dengan lebih baik dan dapat mengaitkan dengan jelas informasi yang abstrak kedalam hidupnya(27).
1.3.5 Tugas Perkembangan Remaja
Anak-anak harus melakukan tugas perkembangan pada masa remaja sebelum menjadi individu dewasa yang matang. Tugas-tugas tersebut bervariasi sesuai dengan budaya, individu itu sendiri dan tujuan hidup mereka. Tugas-tugas perkembangan ini terdiri dari :
1. Menerima citra tubuh
2. Menerima identitas seksual
3. Mengembangkan sistem nilai personal
4. Membuat persiapan untuk hidup mandiri
5. Menjadi mandiri/bebas dari orangtua
6. Mengembangkan keterampilan mengambil keputusan
7. Mengembangkan identitas seorang yang dewasa.
Perkembangan fisik, perilaku, masalah-masalah tertentu umum muncul pada berbagai usia selama masa remaja. Namun, setiap remaja adalah unik dan berkembang dengan kecepatan yang berbeda-beda. Selain perubahan biologis, setiap perkembangan remaja dipengaruhi oleh keluarga, masyarakat, kelompok sebaya, agama dan kondisi sosio ekonomi.
Tugas perkembangan lain pada masa remaja ialah menetapkan identitas seorang yang dewasa. Kombinasi perubahan tubuh yang dramatis, maturasi seksual, perpindahan dari pemikiran konkrit ke abstrak, emansipasi dari orangtua, dan peningkatan keterlibatan dengan teman sebaya, semua ini dapat menimbulkan rasa bingung tentang siapa mereka sebenarnya. Kelompok rekan sebaya berfungsi sebagai mekanisme yang digunakan remaja untuk menghilangkan rasa cemasnya tentang pemisahan diri mereka dari orangtua mereka dan menjadi seorang dewasa. Pembentukan identitas mereka kekuatan ego dan membantu remaja mengenal peran seksual mereka. Dengan mengidentifikasi peran seksual mereka, remaja mapu terlibat dalam keintiman seksual dengan individu lain tanpa kehilangan identitas mereka (Erikson, 1968) (27).
1.3.6 Pertumbuhan dan Perkembangan Emosi Remaja
2.3.6.1 Kematangan Emosi
Bila pada akhir masa remaja tidak meledakkan emosinya dihadapan orang lain, melainkan menunggu saat dan tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan cara-cara yang lebih diterima, sudah mencapai kematangan emosi.
Kematangan emosi itu bisa dicapai bila remaja memperoleh gambaran tentang berbagai kondisi yang dapat mengakibatkan reaksi emosional. Caranya antara lain membicarakan masalah pribadinya dengan orang lain. Selain itu, remaja juga ahrus belajar bagaimana menyalurkan emosinya. Caranya, antara lain melakukan latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja, tertawa atau menangis(26).

2.3.6.2 Beberapa Minat Remaja
1. Minat rekreasi
Pada awal masa remaja, aktivitas permainan dari tahun-tahun sebelumnya beralih dan diganti dengan bentuk rekreasi yang baru dan lebih matang. Berangsur-angsur bentuk permainan yang kekanak-kanakan menghilang dan menjelang awal masa remaja, pola rekreasi individual hampir sama dengan pola akhir masa remaja dan awal masa dewasa. Minat rekreasi remaja antara lain :
a. Permainan dan olahraga yang menuntut keterampilan intelektual seperti permainan kartu bertambah populer
b. Bersantai dan mengobrol dengan teman-temannya
c. Bepergian selama libur dan ingin pergi jauh-jauh dari rumah
d. Melakukan berbagai hobi karena sebagian besar hobi merupakan kegiatan rekreasi seorang diri.
e. Membaca majalah dan surat kabar cenderung lebih disukai remaja daripada membaca buku-buku.
f. Menonton film merupakan kegiatan yang paling digemari dan selanjutnya menjadi kegiatan berkencan yang populer.
g. Remaja gemar mendengarkan radio sambil belajar
h. Melamun merupakan bentuk rekreasi yang paling populer di antara remaja apabila mereka merasa bosan atau kesepian.
2. Minat sosial
Minat yang bersifat sosial bergantung pada kesempatan yang diperoleh remaja untuk mengembangkan minat tersebutdan pada kepopulerannya dalam kelompok.
a. Minat terhadap pesta dengan teman-teman lawan jenis pertama kali tampak sekitar usia tiga belas atau empat belas tahun. Sepanjang masa remaja anak perempuan lebih menyukai pesta daripada anak laki-laki
b. Setiap remaja merasa aman bila berada di antara teman-teman dan membicarakan hal-hal yang menarik
c. Remaja sangat berminat untuk menolong mereka yang merasa dirinya tidak dimengerti, diperlakukan kurang baik atau yang merasa tertekan.
d. Melalui pelajaran di sekolah dan media massa, remaja seringkali mengembangkan minat terhadap pemerintahan, politik dan peristiwa-peristiwa dunia. Minat ini terutama diungkapkan terutama melalui pembicaraan-pembicaraan dengan teman-teman, guru, dan orang tua.
3. Minat pribadi
Minat pada diri sendiri merupakan minat yang terkuat dikalangan kawula muda. Adapun sebab-sebabnya adalah bahwa mereka sadar bahwa dukungan sosial sangat besar dipengaruhi oleh penampilan diri dan mengetahui bahwa kelompok sosial menilai dirinya berdasarkan benda-benda yang dimiliki, kemandirian, sekolah, keanggotaan sosial, dan banyaknya uang yang dibelanjakan. Ini adalah simbol status yang mengangkat wibawa remaja diantara teman-teman sebaya dan memperbesar kesempatan untuk memperoleh dukungan sosial yang lebih besar. Diantara minat pribadi yang paling penting adalah :
a. Minat pada penampilan diri
b. Minat pada pakaian
c. Minat pada prestasi
d. Minat pada kemandirian
e. Minat pada uang
4. Minat tehadap pendidikan
Minat remaja pada pekerjaan sangant mempengaruhi besarnya minat mereka terhadap pendidikan. Bagi mereka pendidikan tinggi dianggap sebagai batu loncatan untuk meraih pekerjaan. Pada umumnya remaja lebih mearuh minat pada pelajaran-pelajaran yang nantinyaakan bermanfaat dalam bidang pekerjaan yang dipilihnya. Remaja yang lebih tua, sebagaimana remaja muda, memandang keberhasilan dalam olahraga dan kehidupan sosial sama pentingnya dengan keberhasilan tugas-tugas sekolah dan merupakan batu loncatan bagi keberhasilan masa depan.
5. Minat terhadap pekerjaan
Minat pada karier sering menjadi sumber pikiran apda akhir masa remaja. Semakin sering mereka mendengar dan membicarakan berbagai jenis yang dilakukan, semakin kurang yakin mengenai apa yang dilakukan. Cara memperoleh pekerjaan yang diidamkan juga sering menjadi pikiran mereka.
6. Minat terhadap agama
Sebagaimana halnya kebanyakan manusia, remaja juga memiliki potensi atau menaruh minat pada agama dan menganggap bahwa agama berperan pentingdalam kehidupan. Hal ini tampak dengan keikutsertaan mereka untuk mengikuti pelajaran-pelajaran agama disekolah dan perguruan tinggi, serta mengikuti berbagai upacara keagamaan.
7. Minat terhadap hal simbolik
Tinggi rendahnya status seseorang, yang menjadi ukuran prestisenya, biasanya digambarkan dengan hal-hal yang bersifat simbolik. Bagi remaja, hal-hal yang bersifat simbolik itu menunjukkan status sosial ekonomi yang lebih tinggi daripada teman-teman lain dalam kelompok, bahwa ia mencapai prestasi yang tinggi, bahwa dia bergabung dengan kelompok dan merupakan anggota yang diterima kelompok karena penampilan atau perbuatan yang samadengan penampilan dan perbuatan anggota kelompok lainnya, dan bahwa ia mempunyai status yang hampir dewasa di dalama masyarakat.
Remaja sekarang, baik anak laki-laki maupun perempuan, tidak sedikit menganggap hal-hal simbolik dalam bentuk perilaku menyimpang atau kenakalan remaja sebagai prestise.
Penggunaan obat-obatan terlarang, dimulai sebagai kegiatan kelompok sebaya. Bahkan, bagi anak-anak kelas terakhir sekolah dasar dan anak-anak sekolah menengah pertama, mariyuana bukanlah hal yang aneh. Disekolah menengah atas dan perguruan tinggi, penggunaan obat-obatan dalam pesta-pesta dan dalam pertemuan-pertemuan lainnya menjadi lebih sering dan lebih meluas, baik pada anak perempuan maupun anak laki-laki. Awalnya menyantap mariyuana itu merupakan kegiatan sesekali saja, selanjutnya berkembang menjadi kegiatan rutin. Selain itu, banyak remaja merasa tidak puas dengan amriyuana dan mulai menggunakan obat-obat terlarang lain.
Ada beberapa alasan mengapa remaja mulai mengkonsumsi obat-obat terlarang. Selain hal-hal yang bersifat simbolik, juga karena mereka terdorong untuk membebaskan diri dari segala larangan orangtua, keinginan untuk menambah dukungan sosial kelompoknya, atau karena ingin berpetualang. Fenomena penggunaan obat-obat terlarang, merokok, dan minum-minuman keras, atau menjadi pemabuk, juga sering terjadi di pinggir kota karena tidak adanya pekerjaan(26).
1.3.7 Remaja dan Permasalahannya
Globalisasi dan kemajuan di bidang komunikasi di satu sisi telah mempercepat proses kemajuan di bidang sektor pembangunan seperti sosial, ekonomi, ilmu pengetahuan dan teknologi, kesehatan dan pendidikan. Selain itu juga menyebabkan terjadinya perkembangan yang cukup positif di bidang demografi, seperti meningkatnya usia perkawinan pertama, menurunnya tingkat kelahiran dan kematian. Namun demikian, akibat dari globalisasi dan arus informasi yang bebas menyebabkan terjadinya perubahan perilaku yang menyimpang karena adaptasi terhadap nilai-nilai yang datang dari luar. Sistem nilai baru tersebut kadangkala bertentangan dengan sistem yang sudah ada, yang memberi pengaruh terhadap gaya hidup, termasuk perilaku seksual yang tidak sehat kepada remaja(28).
Gaya hidup yang merugikan cenderung banyak ditiru oleh remaja, terutama mereka yang tidak mempunyai daya tangkal. Pada masa peralihan remaja berada pada situasi yang sangat peka terhadap pengaruh nilai baru dan mereka cenderung lebih mudah melakukan penyesuaian. Meskipun demikian remaja yang memasuki usia reproduksi pada hakekatnya mengalami suatu masa yang kritis. Masa tersebut banyak kejadian penting dalam hal biologis dan demografi yang sangat menentukan kualitas kehidupannya. Kesejahteraannya di masa depan tergantung dari pemanfaatan kesempatan untuk pengembangan pribadi serta menghindarkan dari putus sekolah dan berperilaku sosial yang menyimpang, seperti hubungan seksual yang terlalu dini, pemakaian obat-obat terlarang, minuman keras dan sebagainya, yang salah satu dampaknya menyebabkan remaja mengalami gangguan kesehatan reproduksi karena infeksi penyakit menular seksual, termasuk HIV/AIDS(28).
1.3.8 Mekanisme terjadinya Penyimpangan Perilaku
Perilaku menyimpang biasanya dipengaruhi oleh : (9)
1. Faktor Pemudah (faktor predisposisi), terdiri dari :
a. Gangguan sosial (antisosial) dengan tanda-tanda : tidak puas dengan dampak perilakunya terhadap orang lain, tidak mampu berfungsi wajar dan efektif di rumah/di sekolah/di tempat kerja/dalam pergaulan sosialnya.
b. Kecemasan
c. Depresi
2. Faktor Penyerta (faktor kontribusi)
a Keluarga yang tidak utuh, misalnya : salah satu dari orangtua meningggal, kedua orangtua bercerai atau berpisah.
b Kesibukan orangtua, misalnya : kedua orangtua terlalu sibuk dengan pekerjaan sehingga waktu untuk anak kurang, orangtua jarang dirumah sehingga komunikasi dan waktu bersama serta perhatian untuk anak kurang atau tidak ada sama sekali.
c Hubungan interpersonal yang tidak baik, seperti : hubungan antara anak dan orangtua, anak dengan sesama saudaranya, ibu dan ayah sering cekcok, bertengkar, dingin dan acuh tak acuh sehingga suasana rumah menjadi tegang dan tidak hangat.
3. Faktor Pencetus
Interaksi antara ketiga faktor diatas yaitu faktor predisposisi dengan kontribusi dan pencetus menyebabkan seseorang mempunyai resiko jauh lebih besar terlibat perilaku menyimpang, dibandingakan dengan salah atu atau dua faktor saja.
Dari sudut pandang psikososial perilaku menyimpang ini terjadi akibat negatif dari interaksi tiga kutub sosial yang tidak kondusif (tidak mendukung kearah positif) yaitu kutub keluarga, kutub sekolah/kampus dan kutub masyarakat. Secara skematis terjadi perilaku menyimpang sebagai berikut :




Keluarga
Masyarakat
Sekolah
Remaja





Perilaku Menyimpang
(Dadang Hawari, Penyalahgunaan dan Ketergantungan NAPZA)
Diagram 2.1 Interaksi Tiga Kutub Sosial Yang Mempengaruhi Remaja
Anak atau remaja dalam kehidupan sehari-hari hidup dalam 3 kutub yaitu kutub keluarga (rumah tangga), kutub sekolah/kampus dan kutub lingkungan sosial masyarakat.bila kutub keluarga atau sekolah/kampus dan kutub masyarakat tidak kondusif, dimana ketiga kutub tersebut saling mempengaruhi kehidupan anak/remaja, maka sebagai hasil interaksi ketiga kutub tersebut (resultante) resiko perilaku menyimpang menjadi lebih besar (9).


1. Kutub Keluarga
Suasana kehidupan rumah tangga yang tidak kondusif bagi perkembangan jiwa anak adalah antara lain :
a. Hubungan buruk/dingin antara ibu dan ayah.
b. Terdapatnya gangguan fisik atau mental dalam keluarga.
c. Cara pendidikan anak yang berbeda oleh kedua orangtua atau oleh kakek/nenek.
d. Sikap orangtua yang dingin atau acuh tak acuh terahadap anak.
e. Sikap orangtua yang kasar dan keras (otoriter) terhadap anak.
f. Campur tangan atau perhatian yang berlebihan dari orangtua terhadap anak (intervensi, proteksi, dan kemanjaan yang berlebihan).
g. Orangtua jarang dirumah, terdapatnya istri lain atau perselingkuhan.
h. Sikap/kontrol yang tidak cukup dan tidak konsisten (berubah-ubah).
i. Kurang stimulasi kognitif dan atau sosial yang berakibat pada kurang berkembangnya kematangan mental/kepribadian.
j. Lain-lain, misalnya menjadi anak angkat, dirawat di Rumah sakit, kehilangan orangtua dan sebagainya.
Sebagaimana telah diuraikan dimuka, anak yang dibesarkan dlam keluarga yang tidak kondusif, maka resiko gangguan perkembangan jiwa/kepribadian anak menjadi lebih besar dibandingkan dengan anak yang dibesarkan dalam keluarga yang kondusif (harmonis/sakinah)(9).
2. Kutub Sekolah/Kampus
Keadaan sekolah yang tidak kondusig dapat mengganggu kegiatan proses belajar mengajar anak didik, yang pada gilirannya dapat memberikan ”peluang” apda anak didik untuk berperilaku menyimpang.
Keadaan sekolah yang tidak kondusif tersebut antara lain sebagai berikut :
a. Sarana dan prasarana sekolah yang tidak memadai.
b. Jumlah dan kualitas pendidik/pengajar (guru) yang tidak memadai.
c. Kesejahteraan guru yang tidak memadai.
d. Kurikulum sekolah yang sering berganti-ganti, jumlah pelajaran yang berlebihan.
e. Lokasi sekolah didaerah yang tidak sesuai dengan suasana belajar mengajar, misalnya didaerah rawan, dipusat perbelanjaan, hiburan dan sejenisnya.
Dari pengamatan ternyata anak-anak yang kondisi sekolahnya tidak baik dan terutama muatan pendidikan agama dan budi pekerti sangat minimal, jumlah anak didik (murid) yang terlibat tawuran dan penyalahgunaan/ketergantungan NAPZA jauh lebih banyak dibandingkan dengan keadaan sekolah yang kondusif dimana muatan IPTEK (Ilmu pengetahuan dan teknologi) seimbang dengan muatan IMTAQ (Iman dan Taqwa) (9).
3. Kutub Masyarakat
Kondisi lingkungan yang tidak sehat atau ”rawan” daapt merupakan faktor terganggunya perkembangan jiwa/kepribadian anak kearah perilaku menyimpang.
Lingkungan sosial masyarakat yang rawan tersebut antara lain:
a. Tempat-tempat hiburan yang buka hingga larut malam bahkan sampai dini hari, dimana sering digunakan sebagai tempat transaksi Napza dan Pelacuran.
b. Semakin banyak pengangguran, anak putus sekolah dan anak jalanan.
c. Terdapatnya tempat-tempat pelacuran beroperasi, misalnya diwarung remang-remang, ditempat umum (jalanan) dan lokalisasi.
d. Banyaknya penerbitan, tontonan, TV, dan sejenisnya yang bersifat pornografi dan kekerasan.
e. Perumahan yang padat dan kumuh.
f. Pencemaran lingkungan.
g. Sering terjadi tindak kekerasan, kriminalitas, (premanisme) dan tawuran antar warga dan antar sekolah.
h. Kesenjangan sosial
i. Kebut-kebutan, coret-coret, pengerusakan dan tindakan vundalisme lainnya.
j. Tempat-tempat transaksi Napza baik secara terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.
Kondisi lingkungan sosial yang dikategorikan sebagai daerah rawan tersebut diatas sangat beresiko bagi anak yang tinggal didaerah tersebut untuk berperilaku menyimpang. Memahami mekanisme terjadinya perilaku menyimpang sebagaimana dijabarkan dimuka, akan memudahkan upaya-upaya dibidang prevensi (pencegahan), terapi (pengobatan), dan rehabilitasi serta upaya mengembalikan muatan perilaku menyimpang seperti penyalahgunaan Napza ke keluarga, sekolah/kampus dan lingkungan sosial (re-entry) (9).
2.1 Penyalahgunaan NAPZA
2.4.1 Batasan dan Pengertian
2.4.1.1 NAPZA
NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Lain) adalah bahan/zat/obat yang bila masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/Susunan Saraf Pusat (SSP), sehingga menyebabkan gangguan kesehatan fisik, psikis, dan fungsi sosialnya oleh karena terjadi kebiasaan, ketagihan (adiksi) serta ketergantungan (dependensi) terhadap NAPZA. Istilah NAPZA umumnya digunakan oleh sektor pelayanan kesehatan, menitik bertakan apda upaya penanggulangan dari sudut kesehatan fisik, psikis dan sosial. NAPZA sering disebut juga sebagai zat psikoaktif, yaitu zat yang bekerja pada otak, sehingga menimbulkan perubahan perilaku, perasan dan pikiran(35).
2.4.1.2 NARKOBA
NARKOBA singkatan dari Narkotika dan Bahan Berbahaya. Istilah ini sangat populer di masyarakat termasuk media massa dan aparat penegak hukum yang sebetulnya mempunyai makna sama dengan NAPZA(35).
2.4.1.3 MADAT
Ada juga yang menggunakan istilah madat untuk NAPZA. Tetapi istilah madat tidak disarankan karena hanya berkaitan dengan satu jenis narkotika saja, yaitu opium(35).

2.4.2 Jenis NAPZZA yang salah digunakan
2.4.2.1 NARKOTIKA
Menurut Undang-undang RI No. 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman baik sintesis maupun semi sintesis yang dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan(35).
Narkotika dibedakan dalam golongan-golongan :
Narkotika Golongan I :
Narkotika yang digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan bukan untuk terapi serta mempunyai potensi sangat tinggi menimbulkan ketergantungan.
Contoh Narkotika golongan I yang sering disalahgunakan adalah:
1. Opiat; Heroin (Putauw), Candu, dll
2. Ganja atau kanabis : mariyuana, hashis
3. Kokain yaitu serbuk/pasta kokain dan daun koka
Narkotika Golongan II :
Narkotika yang berkhasiat pengobatan digunakan sebagai pilihan terakhir dan dapat digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi tinggi mengakibatkan ketergantungan (contoh : Morfin, Pethidin).

Narkotika Golongan III :
Narkotika yang digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan yang mengakibatkan ketergantungan (contoh : Kodein).
2.4.2.2 Psikotropika
Menurut Undang-undang RI No. 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika, psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintesis,bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada Susunan Saraf Pusat (SSP) yang menyebabkan perubahan khas apda aktivitas mental dan perilaku(33).
Psikotropika dibedakan dalam golongan-golongan :
Psikotropika Golongan I :
Psikotropika hanya dapat digunakan untuk tujuan ilmu pengetahuan, dan bukan untuk terapi serta mempunyai potensi amat kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh : Ekstasi, Lysergic, Acid Dyethylamide (LSD).




Psikotropika Golongan II :
Psikotropika yang digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh : Amphetamine, Metilfenidat atau Ritalin.
Psikotropika Golongan III :
Psikotropika banyak digunakan dalam terapi dan tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi kuat mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh : Pentobarbital, Flunitrazepam.
Psikotropika Golongan IV :
Psikotropika yang berkhasiat pengobatan dan sangat luas digunakan dalam terapi atau tujuan pengembangan ilmu pengetahuan serta mempunyai potensi ringan mengakibatkan sindrom ketergantungan. Contoh : Klordiazepoxide, Diazepam, Bromazepam, Fenobarbital, Klonazepam, Pil Koplo, Rohyp, Dum, MG, Nitrazepam seperti Pil BK.
Jenis Psikotropika yang sering disalah gunakan antara lain :
1. Psikostimulansia : Amphetamine, Ekstasi, Shabu-shabu.
2. Sedatif dan hipnotika (obat penenang, obat tidur) : MG, BK, DUM, Pil Koplo, dll.
3. Halusinogenika : (LSD), Mushroom.
2.4.2.3 Zat Adiktif
Yang dimaksud disini adalah bahan/zat yang terpengaruh Psikoaktif diluar yang disebut Narkotika dan Psikotropika, meliputi :
Minuman Beralkohol
Mengandung etanol/etil alkohol, yang berpengaruh menekan SSP dan sering menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari dalam budaya tertentu. Jika digunakan sebagai campuran dengan narkotika atau psikotropika, memperkuat pengaruh obat/zat itu dalam tubuh manusia(35).
Ada 3 golongan minuman beralkohol yaitu :
1. Golongan A : kadar etanol 1%-5%
2. Golongan B : kadar etanol 5%-20% (berbagai jenis minuman anggur)
3. Golongan C : kadar etanol 20%-45% (whiskey, vodka, TKW, Napoleon,
Beehive, Manson Haouse, Jhony walker, Kamput)
Inhalasia (gas yang dihirup) dan Solven (zat pelarut)
Mudah menguap berupa senyawa organik, yang terdapat pada berbagai barang keperluan rumah tangga, kantor dan sebagai bahan bakar mesin. Yang sering disalahgunakan antara lain: Lem, Tinner, Penghapus cat kuku, Bensin.

Tembakau
Pemakaian tembakau yang mengandung nikotin sangat luas di masyarakat. Pada upaya penanggulangan NAPZA di masyarakat, larangan penggunaan rokok dan alkohol terutama pada remaja, harus menjadi bagian dari upaya pencegahan, karena rokok sering menjadi pintu penyalahgunaan NAPZA lain yang lebih berbahaya.
Bahan/Obat/Zat
Yang sering disalahgunakan dapat juga diklasifikasikan sebagai berikut yaitu:
1. Sama sekali dilarang : Narkotika dan Psikotropika Golongan I.
2. Penggunaannya harus dengan resep dokter : amfetamin, sedatif-hipnotik.
3. Diperjualbelikan secara bebas : lem, tinner, dll.
4. Ada batas umur dalam penggunaannya : alkohol, rokok.
Berdasarkan efeknya terhadap perilaku yang ditimbulkan, NAPZA dapat digolongkan menjadi 3 golongan yaitu :
a. Golongan Depresan (Downer)
Adalah jenis NAPZA yang berfungsi mengurangi aktivitas fungsional tubuh. Jenis ini membuat pemakainya merasa tenang, pendiam bahkan tertidur dan tidak sadarkan diri.
Golongan ini antara lain termasuk Opioda (morfin, heroin/putauw, kodein), Sedatif (penenang), Hipnotik (obat tidur), Tranqulizer (anti cemas), serta alkohol dalam dosis rendah.
b. Golongan Stimulan (Upper)
Adalah jenis NAPZA yang dapat merangsang fungsi tubuh dan meningkatkan gairah kerja. Jenis ini membuat pemakainya menjadi aktif, segar dan bersemangat, misalnya kokain, amfetamin (shabu-shabu, ekstasi) dan kafein.
c. Golongan Halusinogen
Adalah jenis NAPZA yang dapat menimbulkan efek halusinasi. Golongan ini tidak digunakan dalam terapi medis. Misalnya : Kanabis (ganja), LSD, Mescalin, Fensiclidin, berbagai jenis jamur, tanaman kecubung.

2.4.3 Penyalahgunaan dan Ketergantungan
Penyalahgunaan dan ketergantungan adalah istilah klinis/medik psikiatrik yang menunjukkan ciri pemakaian yang bersifat patologik yang perlu dibedakan dengan tingkat pemakaian psikologik-sosial, yaitu yang belum bersifa patologik(35).

2.4.3.1 Penyalahgunaan NAPZA
Adalah penggunaan salah satu atau berbagai jenis NAPZA secara bekala atau teratur diluar indikasi medis, sehingga menimbulkan gangguan kesehatan fisik, psikis dan gangguan fungsi sosial(35).
Pengertian lain mengenai penyalahgunaan NAPZA menurut Dadang Hawari adalah penggunaan NAPZA diluar keperluan medis, tanpa pengawasan dokter dan perbuatan melanggar hukum, paling sedikit satu bulan lamanya sehingga menimbulkan gangguan fungsi sosial. Dapat dilakukan dengan cara telan, hisap (merokok), disedot dengan hidung, disuntikkan dalam pembuluh darah balik atau kedalam otot atau kedalam lapisan lemak dibawah kulit(9).
2.4.3.2 Ketergantungan NAPZA
Adalah keadaan dimana telah terjadi ketergantungan fisik dan psikis, sehingga tubuh memerlukan jumlah NAPZA yang makin bertambah (toleransi), apabila pemakaiannya dihentikan atau dikurangi akan timbul gejala putus zat (withdrawal symptom). Oleh karena itu pemakai selalu berusaha memperoleh NAPZA yang dibutuhkannya dengan cara apapun, agar dapat melakukan kegiatannya sehari-hari secara normal(35).
Menurut Dadang Hawari, ketergantungan NAPZA adalah gangguan penggunaan NAPZA yang ditandai dengan adanya gejala putus zat yaitu perasaan sakit yang luar biasa jika pemakaian obat dihentikan atau dikurangi jumlahnya dan keinginan terus untuk menambah takaran atau dosis sehingga jika menjadi overdosis mengakibatkan kematian mendadak(9).

2.4.3.3 Tingkat Ketagihan
1. Pemakaian coba-coba (eksperimental use) :
Pemakaian NAPZA untuk memenuhi rasa ingin tahu. Sebagian pemakai berhenti pada tahap ini, dan sebagian lainnya berlanjut pada tahap yang lebih berat.
2. Pemakaian sosial/rekreasi (social/recreation use) :
Yaitu pemakaian NAPZA dengan tujuan bersenang-senang, pada saat rekreasi atau santai. Sebagian pemakain tetap bertahan pada tahap ini, namun sebagian lagi meningkat pada tahap yang lebih berat.
3. Pemakaian situasional (situational use) :
Yaitu pemakaian apda saat mengalami keadaan tertentu seperti ketegangan, kesedihan, kekecewaan dan sebagainya dengan maksud menghilangkan perasaan-perasaan tersebut.


4. Penyalahgunaan (abuse) :
Yaitu pemakaian sebagai suatu pola penggunaan yang bersifat patologik/klinis (menyimpang) yang ditandai oleh intoksikasi sepanjang hari, tak mampu mengurangi atau menghentikan, berusaha berulangkali mengendalikan, tetapi terus menggunakan walaupun sakit fisiknya kambuh. Keadaan ini akan menimbulkan gangguan fungsional atau okupasional yang ditandai oleh : tugas dan relasi dalam keluarga tak terpengaruh dengan baik, perilaku agresif dan tak wajar, hubungan dengan kawan terganggu, sering bolos sekolah atau kerja, melanggar hukum atau kriminal dan tak mampu berfungsi secara efektif.
5. Ketergantungan (dependence use) :
Yaitu telah terjadi toleransi dan gejala putus zat bila pemakaian NAPZA dihentikan atau dikuangi dosisnya(35).





Urutan langkah seseorang sampai menjadi ketagihan :


Perasaan
Susah
Hilang

Keinginan yang
tidak tertahankan

Ketergantungan
secara psikis

Keinginan secara psikis

Ketergantungan secra fisik

Addiksi

Penghentian tiba-tiba
Gejala putus obat (withdrawal symptom)

Gambar 2.1 urutan Langkah seseorang menjadi ketagihan
2.4.4 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Penyalahgunaan NAPZA
Penyebab penyalahgunaan NAPZA sangat kompleks akibat interaksi antara aktor yang terkait dengan individu, faktor lingkungan dan faktor tersedianya zat (NAPZA). Tidak terdapatnya penyebab tunggal (single cause) dalam penyalahgunaan NAPZA(35).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan NAPZA adalah sebagai berikut:
a. Faktor Individu
Kebanyakan penyalahgunaan NAPZA dimulai atau terdapat apda amsa remaja, sebab remaja yang sedang mengalami perubahan biologis, psikologik maupun sosial yang pesat merupakan individu yang rentan untuk menyalahgunakan NAPZA.
Anak atau remaja dengan ciri-ciri tertentu mempunyai resiko lebih besar untuk menjadi penyalahguna NAPZA.
Ciri-ciri tersebut antara lain :
1. Sulit memusatkan perhatian pada suatu kegiatan atau tidak tekun, sering sakit.
2. Cenderung memberontak dan menolak otoritas.
3. Cenderung memiliki gangguan jiwa lain (komorbiditas) seperti depresi, cemas, psikotik, kepribadian dissosial.
4. Perilaku menyimpang dari aturan atau norma yang berlaku.
5. Sering berbohong atau mencuri.
6. Rasa kurang percaya diri (low self-confidence), rendah diri dan memiliki citra diri negatif (low self-esteem).
7. Sifat mudah kecewa, cenderung agresif dan destruktif.
8. Mudah pemurung, pemalu, pendiam.
9. Mudah merasa bosan dan jenuh.
10. Keingintahuan yang besar untuk mencoba atau rasa penasaran.
11. Keinginan untuk bersenang-senang (just for fun).
12. Keinginan untuk mengikuti mode, akrena dianggap sebagai lambang keperkasaan dan kehidupan modern.
13. Keinginan untuk diterima dalam pergaulan.
14. Identitas diri yang kabur, hingga merasa diri kurang ”jantan”.
15. Tidak siap mental untuk menghadapi tekanan pergaulan sehingga sulit mengambil keputusan untuk menolak tawaran NAPZA dengan tegas.
16. Kemampuan komunikasi rendah.
17. Melarikan diri dari suatu kebosanan, kegagalan, kekecewaan, ketidakmampuan, kesepian, kegetiran hidup, dan rasa amlu.
18. Cenderung merusak diri sendiri.
19. Cenderung memberontak melakukan sesuatu yang mengandung resiko tinggi/bahaya.
20. Putus sekolah.
21. Kurang menghayati ajaran agamanya.
22. Sudah merokok sejak sekolah dasar.
23. IQ taraf perbatasan (IQ 70-90).
b. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan meliputi faktor keluarga dan faktor lingkungan pergaulan baik disekitar rumah, sekolah, teman sebaya maupun masyarakat.
1. Faktor Lingkungan Keluarga, terutama faktor orangtua yang ikut menjadi penyebab seorang anak atau remaja menjadi penyalahguna NAPZA antara lain:
a) Komunikasi orangtua-anak kurang baik/efektif.
b) Hubungan dalam keluarga kurang harmonis/disfungsi keluarga.
c) Orangtua bercerai atau berselingkuh, orangtua kawain lagi.
d) Orangtua terlalu sibuk/tidak acuh.
e) Orangtua otoriter atau serba melarang.
f) Orangtua yang serba memperbolehkan (permisif).
g) Kurangnya orang yang dapat dijadikan contoh/teladan.
h) Orangtua kurang pehatian/tidak tahu dengan masalah NAPZA.
i) Tata tertib/disiplin keluarga yang selalu berubah-ubah (kurang konsisten).
j) Kurang kehidupan beragama/kurangnya menjalankan ibadah dalam keluarga.
k) Orangtua atau anggota keluarga yang menjadi penyalahguna NAPZA.
2. Lingkungan Sekolah
a) Sekolah yang kurang disiplin.
b) Sekolah yang terletak dekat tempat hiburan dan lokasi penjualan NAPZA.
c) Sekolah yang kurang memberi kesempatan pada siswa untuk mengembangkan diri secara keatif dan positif.
d) Adanya murid pengguna NAPZA.
3. Lingkungan Teman Sebaya
a) Berteman dengan penyalahguna NAPZA.
b) Tekanan atau ancaman teman kelompokatau pengedar.
4. Lingkungan Masyarakat/Sosial
a) Lemahnya penegak hukum.
b) Situasi politik, sosial dan ekonomi yang kurang mendukung.

c. Faktor NAPZA
1. Mudahnya mendapatkan NAPZA dengan harga terjangkau
2. Banyaknya iklan minuman beralkohol dan rokok yang menarik minat untuk dicoba.
3. Khasiat farmakologi NAPZA yang menenangkan, menghilangkan nyeri, menidurkan, membuat euphoria/fly/stone/high/teler dan lain-lain.

Menurut Dadang Hawari, penyalahgunaan NAPZA adalah merupakan timbal balik berbagai faktor yaitu :

2.4.5 Akibat Yang Dapat Terjadi Dari Penyalahgunaan NAPZA
Seseorang yang menyalahgunakan NAPZA menyebabkan terjadinya gangguan fungsi fikir, gangguan perasaan dan gangguan perilaku karena adanya gangguan pada sistem susunan saraf pusat diotak(9).
1. Ganja, dapat mengakibatkan :
a. Jantung berdebar-debar.
b. Euforia : rasa gembira tanpa sebab (aneh).
c. Waham : keyakinan yang tidak rasional.
d. Perasaan waktu berlalu dengan lambat, misalnya 10 menit dirasakan 1 jam.
e. Apatis.
f. Mata merah, nafsu makan berkurang dan mulut kering.
g. Ketakutan, kecurigaan, hubungan sosial buruk dan bekerja buruk.
2. Heroin/Putauw, dapat mengakibatkan :
a. Pupil mata mengecil atau melebar.
b. Rasa gembira atau sedih tanpa sebab (aneh), apatis, lesu, mengantuk, bicara cadel, konsentrasi terganggu, daya ingat menurun.
c. Ketakutan, kecurigaan.
d. Hubungan sosial buruk.
e. Bekerjanya buruk.
f. Jika obat dihentikan terjadi gejala putus obat (sakauw), antara lain : air mata berlebihan, cairan hidung berlebihan, keringat berlebihan, pupil mata melebar, mual, muntah, diare, bulu kuduk berdiri, mulut menguap, tekanan darah naik, jantung berdebar-debar, demam, sukar tidur, nyeri otot dan tulang, nyeri kepala, mudah marah, emosional dan agresif.
3. Shabu-shabu, Ekstasi, mengakibatkan :
a. Tidak dapat diam (tripping), rasa gembira, harga diri meningkat, banyak bicara, kewaspadaan meningkat, halusinasi penglihatan.
b. Jantung berdebar-debar, pupil mata melebar, tekanan darah naik, keringat berlebihan atau rasa kedinginan, mual atau muntah.
c. Perkelahian.
d. Gangguan bekerja dan berhubungan sosial.
e. Gangguan dalam bekerja.
f. Ketakutan yang tidak rasional, curiga lingkungan sekitar yang menyangkut dirinya sendiri, sikap bermusuhan, kecemasan, kegelisahan.
g. Gejala putus zat menyebabkan murung, sedih, tidak dapat merasa senang, ingin bunuh diri, rasa lelah, lesu, tidak berdaya, hilang semangat, gangguan tidur, mimpi bertambah.
4. Kokain, dapat mengakibatkan :
a. Kegelisahan, tidak bisa diam, rasa gembira, rasa harga diri meningkat, banyak bicara, kecurigaan, prasangka buruk.
b. Jantung berdebar-debar, pupil mata melebar, tekanan darah naik, keringat berlebihan atau kedinginan, mual dan muntah.
c. Perkelahian, gangguan hubungan sosial.
d. Gangguan dalam bekerja
e. Gejala putus zat menyebabkan murung, sedih, tidak dapat merasa senang, ingin bunuh diri, rasa lelah, lesu, tidak berdaya, hilang semangat, gangguan tidur, mimpi bertambah.

5. Tembakau (Rokok) , dapat mengakibatkan gejala putus zat jika dihentikan sehingga :
a. Ketagihan tembakau.
b. Mudah tersinggung dan marah.
c. Cemas dan gelisah.
d. Konsentrasi terganggu.
e. Tidak dapat diam atau tidak tenang.
f. Nyeri kepala, mengantuk.
g. Gangguan pencernaan.
6. Penyakit langsung karena Napza
a. Kerusakan pada otak
Napza merusak sel otak menyebabkan gangguan fungsi otak sehingga terjadi dtroke atau cacat mental maupun moral.
b. Kerusakan pada hati
Napza merusak sel hati menyebabkan gangguan fungsi hati sehingga menurunkan daya tahan tubuh menetralisasi racun (fungsi detoksikasi), gangguan fungsi kekebalan (Imunitas) dan menyebabkan gangguan metabolisme.



c. Kerusakan pada ginjal
Napza merusak fungsi ginjal sebagai penyaring zat-zat yang tidak berguna didalam darah untuk dibuang melalui air seni. Penderita dapat meninggal karena infeksi ginjal atau gagal ginjal.
d. Kerusakan pada jantung
Napza merusak sel-sel jantung atau pembuluh darah jantung dan sering terjadi serangan jantung koroner. Penyempitan pembuluh darah jantung dapat menyebabkan rusaknya otot jantung karena kekurangan darah (iskemia) atau infark(9).
7. Penyakit infeksi karena cara pemakaian Napza
a. HIV/AIDS
HIV/AIDS menular di kalangan pemakai napza melalui alat suntik bersama, dan hubungan seks. Mereka lebi senang menggunakan alat suntik bersama-sama karena menganggap lebih terasa nikmat dengan kesan setia kawan dan lebih menghemat napza (narkoba) karena tertinggal sedikit di satu jarum.
b. Hepatitis
Hepatitis paling banyak menular di lingkungan penyalahguna napza adalah hepatitis B dan C. Hepatitis B menyebabkan tubuh terasa lemah, letih, lesu, suhu tubuh naik, sedang sampai tinggi, air seni berwarna kuning, sklera mata kuning, perut eneg dan mau muntah, terutama kalau makan lemak atau gorengan. Pada keadaan lanjut penderita menjadi kurus, pucat dan lemah, mudah jatuh sakit, penyakit lain ikut masuk dalam darah dan akhirnya meninggal.
c. Sifilis
Sering menular diantara pemakai narkoba karena kedekatan hubungan pribadi satu pemakai dengan pemakai dengan pemakai lain sehingga kemungkinan untuk melakukan hubungan intim. Penderita ini sangat tersiksa dengan penyakitnya karena menyebabkan tumbuhnya koreng di muka, mulut, hidung, leher dan kemaluan dan menimbulkan kebutaan bahkan kegilaan(9).

2.2 Remaja Dan NAPZA
Banyaknya jumlah remaja yang menjadi pemakai sekaligus korban penyalahgunaan NAPZA memang sangat mungkin. Simak saja berbagai kasus pemberitaaan kasus NAPZA, baik di media cetak maupun media elektronik, pelakunya sebagian besar adalah remaja(33).
Terjadinya tindak penyalahgunaan NAPZA yang sebagian besar dilakukan remaja, menurut Nugroho Djajoesman (1999), diantaranya disebabkan oleh :
1. Lingkungan Sosial
a. Motif Ingin Tahu
Remaja mempunyai sifat selalu ingin tahu segala sesuatu dan ingin mencoba sesuatu yang belum atau kurang diketahui dampak negatifnya, misalnya ingin tahu rasanya narkotika, psikotropika atau minuman keras.
b. Kesempatan
Karena kesibukan kedua orangtua dan keluarga dengan kegiatannya masing-masing atau akibat broken home, kurang kasih sayang, dan sebagainya, maka dalam kesempatan tersebut kalangan remaja berupaya mencari pelarian sengan cara menyalahgunakan narkotika, psikotropika atau meminum minuman keras.
c. Sarana dan Prasarana
Sebagai ungkapan rasa kasih sayang kepada putra-putrinya terkadang orangtua memberikan fasilitas dan uang yang berlebihan. Namun, hal itu disalahgunakan untuk memuaskan segala keingintahuan dirinya, diantaranya, berawal dari minuman keras kemudian menggunakan narkotika atau obat terlarang psikotropika.
2. Kepribadian
d. Rendah Diri
Rasa rendah diri remaja dalam pergaulan masyarakat sangat besar. Oleh karena itu, jika tidak dapat mengatasinya, mereka akan menutupi kekurangan itu dengan menunjukkan eksistensi dirinya. Kemudia remaja melakukan tindakan pelarian dengan cara menyalahgunakan narkotika, psikotropika dan minuman keras. Dengan mengkonsumsi itulah, mereka dapat merasakan apa yang diinginkannya lewat angan-angan akrena mereka bisa lebih aktif, lebih berani dan sebagainya(35).
e. Emosional
Emosi remaja umumnya masih labil, apalagi pada masa pubertas. Pada masa-masa tersebut biasanya ingin lebih dari ikatan aturan-aturan yang diberlakukan oleh orangtuanya. Di sisi lain masih ada ketergantungan dengan orangtua untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, sehingga hal itu berakibat timbulnya konflik pribadi. Dalam upaya melepaskan konflik pribadi tersebut, ia mencari pelarian dengan menyalahgunakan narkotika, psikotropika atau minuman keras dengan tujuan untuk mengurangi ketagangan atau agar lebih menentang kehendak dan aturan yang diberikan oleh orangtuanya.
f. Mental
Lemahnya mental seseorang akan akan mudah untuk dipengaruhi oleh lingkungan sekitarnya untuk bertindak dan atau berbuat hal-hal yang negatif, sehingga pada gilirannya tanpa terasa bahwa dirinya telah terjerumus dalam penyalahgunaan narkotika, psikotropika atau minuman keras.
Peneliti problema narkotika, Rutter (1980) lebih tajam lagi mengemukakan bahwa ada beberapa hal yang menjadi pendorong seorang remaja menyalahgunakan NAPZA. Sumber pendorong tersebut, yakni :
1. Kematian orangtua
2. Perceraian orangtua
3. Ketidakharmonisan orangtua
4. Buruknya hubungan remaja bersangkutan dengan orangtua
5. Suasana rumah tangga yang tegang
6. Suasana rumah tangga tanpa kehangatan
7. Orangtua sibuk dan jarang di rumah
8. Orangtua mempunyai kelainan kepribadian

2.3 Tindak Pidana Penyalahgunaan NAPZA
Landasan hukum bagi POLRI untuk menangani kejahatan Narkotika adalah Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika dimana dalam undang-undang menyebutkan dengan jelas hal-hal yang tidak diperbolehkan dan sanksi-sanksi bagi si pelanggarnya. Salah satu pasal yang penting dari Undang-undang Nomor 22 Tahun 1997 tentang Narkotika, adalah 78, 79, 80, 81, 84 dan 85 dengan ketentuan pidananya yaitu(36) :
a. Barangsiapa tanpa hak dan melawan hukum menanam, memelihara, menyimpan narkotika golongan I dalam bentuk tanaman dan golongan I bukan tanaman dipidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta.
b. Barangsiapa tanpa hak dan melawan hukum memiliki, menyimpan untuk dimiliki atau menguasai narkotika golongan II dipidana penjara paling lama 7 tahun dan denda paling banyak Rp. 250 juta. Golongan III dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 1 juta.
c. Barangsiapa tanpa hak dan melawan hukum memproduksi, mengolah, mengkonvensi, merakit atau menyediakan narkotika golongan I dipidana penjara hukuman mati atau seumur hidup, denda paling banyak Rp. 1 Miliyar. Golongan II dipidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta dan golongan III dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 250 juta.
d. Barangsiapa tanpa hak dan melawan hukum menggunakan narkotika terhadap orang lain atau diberikan untuk digunakan orang lain golongan I dipidana penjara paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp. 750 juta, golongan II dipidana penjara paling lama 10 tahun dan denda paling banyak Rp. 500 juta, golongan III dipidana penjara paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp. 250 juta.
e. Barangsiapa tanpa hak dan melawan hukum menggunakan narkotika terhadap dirinya sendiri, golongan I dipidana penjara paling lama 4 tahun dan, golongan II dipidana penjara paling lama 2 tahun, golongan III dipidana penjara paling lama 1 tahun.
Sedangkan landasan hukum/tindak pidana Psikotripika adalah :
a. Pengedar dan Penjual :
1. Pasal 80 (4b), 81 (2), dan UU No 23 tahun 1992 tentang kesehatan, sanksi pidana penjara 15 tahun.
2. Pasal 204 KUHP, sanksi pidana penjara 15 tahun dan menyebabkan orang mati, sanksi pidana penjara seumur hidup atau 20 tahun penjara.
b. Pengguna dan pemakai, pasal 62, barangsiapa memiliki, menyimpan atau membawa psikotropika golongan I dipidana paling lama 5 tahun dan denda paling banyak Rp 100 juta.
c. Dilakukan secara terorganisir :
1. Pasal59 UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika, barangsiapa menggunakan psikotropika golongan I atau memproduksi, mengedarkan, mengimpor/mengekspor, memiliki, menyimpan serta membawa tanpa hak, dipidana paling singkat 4 tahun, paling lama 15 tahun dan pidana denda paling sedikit Rp. 150 juta atau denda paling banyak Rp. 750 juta.
2. Pasal 59 UU No. 5 tahun 1997 tentang psikotropika, bila tindak pidana dilakukan secara terorganisir maka dipidana dengan pidana mati, atau pidana seumur hidup atau pidana penjara 20 tahun dan denda paling banyak Rp. 750 juta.
d. Penyelundup : Pasal 102 UU No.7 tahun 1995 tentang kepabeanan, sanksi pidana 8 tahun dan denda Rp. 500 juta(36).

Rabu, Maret 18, 2009

Kanker Serviks

Kanker serviks
2.1.1. Definisi
Kanker serviks merupakan tumor ganas yang menyerang squamosa intraepitelial serviks yang disebabkan oleh beberapa faktor antara lain Virus terutama HPV (Human Papiloma Virus).(23)
Kanker leher rahim merupakan salah satu penyakit karsinoma yang menepati urutan pertama di antara lima jenis karsinoma terbanyak pada wanita. Hal ini menjadi sesuatu yang sangat menakutkan di kalangan wanita dimanapun juga. (36)
Kanker serviks adalah tumor ganas yang terdiri dari sel-sel yang tumbuh cepat, tidak mempunyai pempungkus, tumbuh tidak teratur dan tidak terkendali, mendesak tempat sekitarnya dan menyusup ketempat yang jauh.(3)

2.1.2. Perubahan keganasan
Mutagen kanker serviks bisa berasal dari agen-agen yang ditukarkan secara hubungan seksual, dan salah satu yang diduga kuat berhubungan adalah virus HPV. Sel yang mengalami mutasi tersebut dapat berkembang menjadi sel displastik sehingga terjadi kelainan epitel yang disebut displasia. Dimulai dari displasia ringan, sedang dan berat, kemudian berkembang menjadi karsinoma
insitu, bila segara tidak dilakukan terapi dapat berkembang menjadi karsinoma invasif. Tingkat displasia dan karsinoma insitu dikenal juga sebagai tingkat prakamker.(23)

2.1.3. Gejala Klinis
Gejala yang umumnya timbul dan dirasakan oleh penderita kanker serviks adalah gejala dari kanker mulut rahim biasanya terjadi keputihan yang lama dan tidak diobati dengan baik, keputihan yang berbau atau bisa juga saat hubungan suami istri terjadi perdarahan (contact bleeding), pada tahap displasia sampai stadium I, praktis tanpa keluhan. Baru menginjak stadium I terdapat keluhan pasien. Sedangkan pada stadium IV sel kanker sudah menjalar ke otak dan paru-paru
Kanker mulut rahim ditandai dengan tumbuhnya sel-sel pada mulut rahim yang tidak lazim (abnormal). Sebelum menjadi sel-sel kanker, terjadi beberapa perubahan yang dialami oleh sel-sel tersebut selama bertahun-tahun. Pada stadium awal, kanker ini cenderung tidak terdeteksi. Pada tahap prakanker atau displasia sampai stadium I, praktis tidak ada keluhan yang dirasakan. Baru menginjak stadium IA-IIIB terdapat keluhan. Salah satu tanda signifikan adalah keluar darah sewaktu berhubungan seks, sedangkan pada stadium IVB, sel kanker mungkin sudah menjalar ke otak dan paru-paru.

Gejala kanker serviks antara lain :
1. Keputihan merupakan gejala yang sering ditemukan, makin lama akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
2. Pertumbuhan tumor menjadi ulseratif, perdarahan yang dialami setelah kiotus/perdarahan kontak (75-80%)
3. Perdarahan yang spontan umumnya terjadi pada tingkat klinik yang lebih lanjut yaitu pada stadium II atau III.
4. Adanya perdarahan spontan pervaginam saat defekasi perlu dicurigai kemungkinan adanya kanker serviks tingkat lanjut.
5. Adanya bau busuk yang khas memperkuat dugaan adanya kanker serviks.
6. Anemia yang menyertai sebagai akibat perdarahan pervaginam yang berulang.(10)

2.1.4. Diagnosis
Karsinoma serviks didiagnosa dengan pemeriksaan klinik (biopsi). Pemeriksaan bantuan seperti pemeriksaan radiologi, pemeriksaan sitoskopi atau rektoskopi merupakan pemeriksaan pembantu untuk menetapkan stadium penyakit. Sumber lain menambahkan diagnostik untuk kanker serviks yaitu dengan sitologi,schiller test, kolposkopi, kolpomikroskopi dan konisasi.(25)

2.1.5. Stadium / Klasifikasi
Penetapan stadium dilakukan dengan pemeriksaan klinik, yaitu pada serviks mudah berdarah, ulseratif, ada pertumbuhan eksofitik atau endofitik. Pemeriksaan ginekologi yang mempunyai akurasi tinggi adalah bila pemeriksaan ginekologi yang dilakukan dengan narkose. Pemeriksaan pembantu seperti pemeriksaan radiologi dan endoskopi dilakukan sebagai pemeriksaan pembantu untuk menetaokan stadium klinik.(22)

Tabel 2.1 Stadium kanker Serviks FIGO 2000
Stadium
Keterangan
0
Carcinoma in situ = Carcinoma intraepitel = Carcinoma preinvasif
Lesi belum menembus membran basalis
I
Lesi tumor masih terbatas di serviks
IA1 : Lesi telah menembus membran basalis kurang dari 3 mm dengan diameter permukaan tumor < 7 mm
IA2 : Lesi telah menembus membran basalis >3 mm tetapi <5 mm dengan diameter permukaan tumor <7 mm
IB1 : Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer <4 cm
IB2 : Lesi terbatas di serviks dengan ukuran lesi primer >4 cm
II
Lesi telah keluar dari serviks (meluas ke parametrium dan sepertiga proksimal vagina)
IIA : Lesi telah meluas ke sepertiga vagina proksimal
IIB : Lesi telah meluas ke parametrium tetapi tidak mencapai dinding panggul
III
Lesi telah keluar dari serviks (menyebar ke parametrium dan atau sepertiga vagina distal)
IIIA : Lesi menyebar kesepertiga vagina distal bawah
IIIB : Lesi menyebar ke parametrium sampai dinding panggul
IV
Lesi menyebar keluar dari organ genetalia
IVA : Lesi meluas ke rongga panggul, dan atau menyebar ke mukosa vesika urinaria
IVB : Lesi meluas ke mukosa, dan atau meluas ke organ jauh

Sumber :Andrijono :2003 hal. 29























2.1.6. Penanganan
1. Stadium 0 ( Karsinoma In Situ )
Pada tingkat klinis karsinoma in situ tidak dibenarkan dilaksanakan elektrokoagulasi dan elektrofilgerasi, bedah krio atau dengan sinar laser tetapi sebaiknya dilakukan cone biopsys.(10)
2. Stadium IA1
Pada wanita yang masih menginginkan anak, maka pembedahan konisasi merupakan terapi pembedahahan terpilih.Pembedahan konservatif lainnya adalah amputasi serviks. Pembedahan dianggap cukup bila pada spesimen pembedahan tidak dijumpai emboli di pembuluh darah, serta tepi sayatan bebas tumor.
Bila wanita dengan fertilitas cukup, maka pembedahan histerektomi totalis merupakan terapi pembedahan yang terpilih.Pembedahan dianggap cukup bila pada spesimen pembedahan tidak dijumpai emboli dipembuluh limfe ataupun pembuluh darah, serta tepi sayatan bebas tumor. Pembedahan histerektomi radikal pada stadium IA1 dinilai berlebihan, karena hasil yang dicapai pembedahan histerektomi total dan radikal. (22)
3. Stadium IA2, IB dan IIA
Pengobatan yang terpilih adalah histerektomi radikal denganlimfadenewktomi pelvik bilateral. Salpingovorekyomi dapat dilakukan bila penderita sudah berumur lebih dari 40 tahun, bila penderita masih muda sebaiknya ovarium ditinggalkan dan dilakukan ovareksis setinggi pool atas ginjal. (22)
Pada lesi yang kecil, dan penderita maĆ­z mengginginkan anakmaka dapat dilakukan pembedahan trakhelektomi radikal dan para metrektomi bilateral. Bila lesi besar (IB2), dapat dilakukan pembedahan histerektomi radikaldengan limfadenektomi pelvik bilateral ataupun radiotherapi Survival 5 tahun secara keseluruhan yang diterapi srecara pembedahan pada stadium IB dapat mencapai 92%, sedangkan pada stadium IIA dapat mencapai 87%. Bila terdapat metastase pada satu kelenjar getah bening maka survival 5 tahun menurun menjadi hanya 50%.Metastase pada kelenjar getah bening arteri iliaka atau para aorta mempunyai prognose yang lebih jelek, survival hingga 84,4%. tetapi pengobatan. Neoadjuvant kemoterapi, neoadjuvant khemoradiasi atau neoadjuvant radiasi dilanjutkan dengan histerektomi radikal dan limfadenektomi. (22)
4. Stadium IIB, III dan IV
Pangobotan terpilih adalah radioterapi lengkap yaitu radiasi eksterna dilanjutkan intrakaviter radioterapi. Tetapi variasi yang sering diberikan adalah khemoradiasi, khemoterapi yang diberikan antara lain cisplatinum, paclitaxel,fluorourasil, gemcitabine. (22)
5. Stadium IVB
Pengobatan yang diberikan bersifat paliatif,dan radioterapi paliatif. (22)
2.1.7. Prognosis
Pognosis kanker serviks tergantung dari beberapa faktor. Faktor yang mempengaruhi prognosis dibagi dalam 5 bagian besar yaitu. (23)
1. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penderita
Meliputi umur, ras dan status sosial, perfomance status dan paritas. Umur ditemukan oleh beberapa peneliti tentang toleransi yang menurun dari jaringan terhadap terapi, biasanya dihubungkan dengan proses degenerasi sehingga umur muda mempunyai prognostik lebih baik. Ras dan Status sosial dihubungkan dengan rendahnaya pengetahuan tentang tes penapisan secara teratur sehingga biasanya datang dengan stadium lanjut
dengan kondisi umum yang buruk. Performence status dihubungkan dengan prognosis disebabkan kemungkinan terjadi pemanjangan waktu terapi, disamping itu berhubungan pula dengan daya tahan tubuh penderita yang mempengaruhi pula efek terapi. Paritas sebuah penelitian dilakukan di Swedia, pada wanita dengan paritas lebih dari 3 mempunyai kecenderungan untuk terjadinya rekurensi estela dilakukan terapi.(23)
2. Faktor Yang Berhubungan Dengan Tumor
Meliputi stadium, tipe sel, ukuran tumor, lymphovasculer space invasion, dan tomor angiogenesis. Stadium adalah faktor yang paling berperan, terdapat kecenderungan semakin lanjut stadium prognosisnya semakin buruk, hal ini dihubungkan dengan luasnya metastase terutama ke KGB (Kelenjar Getah Bening). Tipe sel, tipe karsinoma epidermoid mempunyai prognosis lebih baik karena relatif lebih lambat dalam penyebaran dan mempunyai respon lebih baik terhadap penyobatan terutama radiasi. Jenis lain seperti adenokarsinoma dan adenosjuamosa mempunyai sifat radioresisiten dan lebih progresif dibandingkan karsinoma epidermoid. Ukuran tumor, dihubungkan dengan semakin besar masa tumor semakin buruk prognosisnya. Lymphovasculer space invasion berhubungan erat dengan kemungkinan metastase ke KGB. Tumor angiogenesis, pertumbuhan kapiler baru pada masa tumor memberikan nutrisi yang lebih dan membantu progresifitas pertumbuhan massa tumor sehingga mempengaruhi prognosis penyakit.(23)
3. Faktor Yang Berhubungan Dengan Penyebaran Tumor
Penyebaran ke KGB meningkat seiring dengan semakin lanjutnya stadium, ukuran masa tumor, penyebaran ke lymphovasculer space dan pada jenis sel tertentu mempunyai kecenderungan penyebaran yang cepat ke KGB seperti jenis adenoskuamosa.(23)
4 Faktor Yang Berhubungan Dengan Terapi
Meliputi operasi yang tidak adekuat dan radioterapi.(23)
5. Faktor Yang Berhubungan Dengan Biologi Tumor
Meliputi HPV, trombositosis dan tumor marker. HPV tipe 16 dan 18 diduga mempunyai progresifitas lebih cepat dibandingkan tipe lainnya. Trombositosis (>400.000/mm) mempunyai prognosis yang lebih buruk, tetapi mekanisme yang terjadi belum jelas mekanismenya. Tumor marker, penelitian yang dilakukan Kornafel mendapatkan penderita dengan SCC antigen yang tinggi mempunyai kemungkinan rekurensi 3 kali lebih sering dibandingkan penderita dengan SCC antigen yang normal. Peninggian tumor marker juga dihubungkan denganluasnya metastasis.(23)

Tabel 2.2 Angka Harapan Hidup 5 Tahun Pasien Kanker Serviks Menurut Data Internasional.
Tingkat/stadium
Angka harapan
Hidup 5 tahun
0
Hampir 100%
I
70-85%
II
40-60%
III
30-40%
IV
<10%
Sumber: Sarwono :1997 hal.24




2.18. Penyebab Kanker Mulut Rahim
Penyebab kanker rahim adalah virus Human papilloma. Virus ini muncul antara lain akibat perilaku sering berganti-ganti pasangan seks, sehingga menimbulkan penyakit kelamin.
Penyebab utama kanker leher rahim adalah virus, yang dikenal dengan nama Human Papilloma Virus (HPV). Hingga kini telah ditemukan kira-kira 120 tipe HPV dan tipe terganas adalah 16 dan 18. Sampai saat ini, diyakini 90% penyebab kanker leher rahim adalah HPV tipe 16 dan 18, sedangkan sisanya 10 %, belum ketahuan penyebabnya

2.1.9 Cara Pencegahan Kanker Mulut Rahim
Pencegahan paling efektif adalah melalui pendeteksian dini dengan pemeriksaan pap smear, yang bisa mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi sel kanker. Semakin dini sel-sel abnormal terdeteksi, semakin rendah risiko seseorang menderita kanker mulut rahim. Adanya deteksi dini dan banyaknya penanganan serta manajemen medis yang baik dalam penanganan kanker akan memperpanjang lama hidup penderita. Pencegahan paling efektif adalah melalui pendeteksian dini dengan pemeriksaan pap smear, yang bisa mendeteksi pertumbuhan sel-sel yang akan menjadi sel kanker. Semakin dini sel-sel abnormal terdeteksi, semakin rendahlah risiko seseorang menderita kanker mulut rahim. (34)
Pap smear test adalah suatu pemeriksaan yang aman, murah, dan telah dipakai bertahun-tahun untuk mendeteksi kelainan sel-sel di mulut rahim. Tes ini pertama kali ditemukan oleh dr George Papanicolou. Metode tes ini adalah pemeriksaan sel-sel yang diambil dari cairan mulut rahim dan kemudian diperiksa dengan mikroskop untuk melihat perubahan-perubahan yang terjadi dari sel tersebut. Tes ini tidak memakan banyak waktu, hanya beberapa menit. (16)
Berikut ini adalah beberapa hal yang perlu dilakukan untuk menghindarkan wanita dari kemungkinan terkena kanker mulut rahim.
1. Pemeriksaan teratur. Apabila anda wanita dewasa yang melakukan hubungan seks secara teratur, lakukan pap smear test setiap dua tahun. Ini dilakukan sampai berusia 70 tahun.
2. Waspadai gejalanya. Segera hubungi dokter kalau ada gejala-gejala yang tidak normal seperti pendarahan, terutama setelah aktivitas seksual.
3. Hindari merokok. Wanita sebaiknya tidak merokok, karena dapat merangsang timbulnya sel-sel kanker melalui nikotin dikandung dalam darah. Risiko wanita perokok terkena kanker mulut rahim adalah 4-13 kali lebih besar dibandingkan wanita bukan perokok. Diperkirakan nikotin memberikan efek toksik pada sel epitel, sehingga memudahkan masuknya mutagen virus.
4. Hindarkan antiseptik. Hindarkan kebiasaan pencucian vagina dengan menggunakan obat-obatan antiseptik maupun deodoran karena akan mengakibatkan iritasi di serviks yang merangsang terjadinya kanker.
5. Hindari pemakaian bedak (talk). Hindari pemakaian talk (bedak) pada vagina wanita usia subur, karena justru bisa mengakibatkan kanker ovarium (indung telur). Jangan menggunakan estrogen pada wanita yang terlambat menopouse.

2.1.10 Cara menagulangi kanker mulut rahim
Penatalaksanaan terapi kanker serviks berbeda-beda sesuai stadium dan durasi kehamilannya. Terapi untuk penyakit mikroinvasif yang didiagnosis dengan biopsy kerucut dengan tujuan menyingkirkan penyakit yang nyata-nyata invasive dilakukan mengikuti petunjuk yang serupa dengan yang ditujukan untuk lesi intraepitel. Karena itu, melanjutkan kehamilan dan melahirkan per vaginam dianggap aman, sedangkan terapi diberikan pasca partum. (16)
Kanker membutuhkan terapi yang relative segera. Secara umum, selama paruh pertama kehamilan dianjurkan terapi segera, sedangkan selama paruh terakhir pilihan yang perlu dipertimbangkan adalah menunggu, tidak saja
viabilitas janin tetapi juga kamatangannya (Greer dkk, 1989). Dalam sebuah laporan mengenai 12 wanita hamil dengan karsinoma serviks invasive yang disertai tinjauan pustaka, Van Vliet dkk (1998).(16)
Menyimpulkan bahwa penundaan pengobatan agar janin lebih matang masih dapat diterima apabila lesi tidak besar, stadiumnya kurang dari IIB, dan usia gestasi sudah melewati 20 minggu. Terapi yang dianjurkan untuk pasien-pasien tertentu dengan karsinoma stadium I dan stadium IIA awal berdiameter kecil (kurang dari 3 cm) adalah histerektomi radikal pluslimfadenektomi panggul.Terapi bedah memungkinkan ovarium dan fungsi vagina dipertahankan, serta memperkecil efek merugikan radiasi pada saluran cerna dan kemih. (16)
Nisker dan Shubat (1983) melaporkan 49 kasus kanker serviks stadium IB yang menjadi penyulit kehamilan, dan melaporkan angka penyulit berat sebesar 30 % akibat terapi radiasi dibandingkan dengan hanya 7 % pada mereka yang diterapi bedah. Diseksi bedah selama kehamilan akan menjadi lebih mudah. Sebelum gestasi 20 minggu, histerektomi biasanya dilakukan dengan janin insitu. Namun, pada tahap kehamilan selanjutnya, histerotomi mungkin perlu diutamakan. 16
Radioterapi diberikan untuk kaknker yang lebih luas. Pada awal kehamilan, diberikan radiasi eksterna dan apabila tidak terjadi abortus spontan dilakukan kuretase. Selama trimester kedua, abortus spontan mungkin tertunda dan mungkin perlu silakukan histerotomi pada hamper seperempat kasus. Sekitar seminggu setelah abortus,radiasi eksterna dimulai, diikuti oleh aplikasi radium
intrakavitas. Setelah gestasi 24 minggu, resiko menunda terapi untuk menunggu pematangan janin tidak diketahui, tetapi menunggu sampai paru janin matang tampaknya masih dapat diterima, khususnya untuk lesi dini (yaitu penyakit stadium I).(16)
Pengobatan pada kanker mulut rahim ada tiga, yaitu operasi, penyinaran (radiasi), dan kemoterapi. Masing-masing terapi dilakukan dokter menurut stadium kanker yang dialami pasien dan dengan pertimbangan kaidah dan risiko bagi pasien. Stadium 0 atau disebut juga lesi prakanker sangat mudah diobati dengan tindakan lokal. Selanjutnya stadium I , dibagi A dan B, pilihan pengobatan dengan operasi. Stadium IIA masih dioperasi, tetapi stadium IIB tidak lagi dioperasi, melainkan sebaiknya radiasi dibantu kemoterapi. Stadium 3 dan 4 adalah stadium lanjut, dibagi juga A dan B, biasanya radiasi dibantu kemoterapi.(16)

2.1.11. Pengawasan lanjut
Terjadinya residif kebanyakan dalam 2 tahun pertama setelah pengobatan dan jarang setelah 5 tahun. Pemeriksaan berkala dilakukan setiap 2 bulan selama 2 tahun, dan setiap 4 bulan pada tahun ketiga dan seterusnya 6 bulan sekali. Pada setiap kunjungan dilakukan:

2.1.12. Anamnesa
Anamnesa dikaji mengenai perdarahab pervaginam, benjolan, nyeri,keadaan berat badan, ada/tidaknya penimbunan cairan, fungsi saluran pencernaan, saluran kemih dan saluran pernafasan.(26)
2.1.13. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan meliputi perabaan kelenjar getah bening (supraklavikula, inguinal aksila) dan perabaan abdomen yaitu hati, ginjal, masa tumor, asites, dll. (26)
1. Pemeriksaan ginekologi
Pemeriksaan dalam ginekologi dilakukan secara inspeksi, bimanual, pemeriksaan rektovagina. (26)
2. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang meliputi tes pap yang dilakukan setiap kali kunjungan. Petanda ganas: CEA, SCC, foto toraks setiap 12 bulan, foto polos abdomen-pielografi intra vena, 6 bulan dan 2 tahun setelah pengobatan. (26)

2.1. Karakteristik Pasien
2.2.1. Umur Pasien
Umur pasien sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan erat dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas. Proses reproduksi sebaiknya berlangsung pada saat ibu berumur 20 – 35 tahun, sebab, pada saat itu penyulit kehamilan jarang terjadi.
Usia rata-rata dari pasien karsinoma kanker serviks dari penelitian retrospektif yang dilakukan oleh Schellekens dan Ranti di Rumah Sakit dr. Hasan Sadikin Bandung untuk periode januari tahun 2000 sampai juli 2001 dengan interval umur mulai 21 sampai 85 tahun (N=307) Mendapatkan penderita kanker serviks rata-rata berusia 32 tahun. Ditempat yang sama S. Van Loon melakukan penelitian terhadapat 58 pasien dengan kanker serviks pada tahun 1996, dan mendapatkan pasien mayoritas yaitu 20,3% berusia 40-44 tahun dan usia rata-rata 46 tahun.(12)
Sumber lain menerangkan usia pasien rata-rata antara 30-60 tahun, terbanyak antara 45-50 tahun. Hal ini dikarenakan periode laten dari fase prainvasif untuk menjadi invasif memakan waktu sekitar 10 tahun. Hanya 9% wanita berusia kurang dari 35 tahun menunjukan kanker serviks yang invasif pada saat didiagnosa, sedangkan 53% dari KIS (Karsinoma In Situ) terdapat pada wanita dibawah usia 35 tahun.(29)
Menurut Benson KL, 2% dari wanita yang berusai 40 tahun akan menderita kanker serviks dalam hidupnya. Hal ini dimungkinkan karena perjalanan penyakit ini memerlukan waktu 7 sampai 10 tahun untuk terjadinya kanker invasif sehingga sebagian besar terjadinya atau diketahuinya setelah berusia lanjut.(32)

2.2.2. Umur Pertama Kali Menikah
Telah lama diketahui bahwa umur sangat berpengaruh terhadap proses reproduksi. Umur yang dianggap optimal untuk reproduksi antara 20-35 tahun.(19)
Pada usia 20-40 tahun, disebut sebagai masa dewasa dini yang disebut juga usia reproduktif. Sehingga pada masa ini diharapkan orang telah mampu untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapi dengan tenang secara emosional, perkembangan fisiknya, maupun kemampuannya dalam hal kehamilan baik kelahiran bayinya.(19)
Usia kawin muda menurut Rotkin, Chistoperson dan Parker serta Barron dan Richart jelas berpengaruh. Rotkin menghubungkan terjadinya karsinoma serviks dengan usia saat seorang wanita mulai aktif berhubungan seksual, dikatakan pula olehnya karsinoma serviks cenderung timbul bila saat mulai aktif berhubungn seksual pada saat usia kurang dari 17 tahun. Lebih dijelaskan bahwa umur antara 15-20 tahun merupakan periode yang rentan. Pada periode laten antara coitus pertama dan terjadinya kanker serviks kurang lebih dari 30 tahun. (27,31)
Periode rentan ini berhubungan dengan kiatnya proses metaplasia pada usia pubertas, sehingga bila ada yang mengganggu proses metaplasia tersebut misalnya infeksi akan memudahkan beralihnya proses menjadi displasia yang lebih berpotensi untuk terjadinya keganasan.(23)
Christoperson dan parker menemukan perbedaan statistik yang bermakna antara wanita yang menikah usia 15-19 tahun dibandingkan wanita yang menikah usia 20-24 tahun, pada golongan pertama cenderung untuk terkena kanker serviks.(23)
Barron dan Richat pada penelitian dengan mengambil sampel 7.000 wanita di Barbara Hindia Barat, Cenderung menduga epitel serviks wanita remaja sangat rentan terhadap bahan-bahan karsinogenik yang ditularkan melalui hubungan seksual didanding epitel serviks wanita dewasa.27
Laporan dari berbagai pusat di Indonesia juga memperlihatkan hasil yang serupa dengan hasil penelitian di luar negeri. Marwi di Yogyakarta menemukan 63,1% penderita karsinoma serviks menikah pada usia 15-19 tahun, hasil yang serupa juga dilaporkan oleh Sutomo di Semarang.(27)

2.2.3. Paritas
Kehamilan yang optimal adalah kehamilan anak lebih dari tiga. Kehamilan setelah tiga mempunyai resiko yang meningkat. (16)
Pada primigravida umumnya belum mempunyai gambaran mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami saat melahirkan dan merawat bayinya. Oleh sebab itu penting sekali mempersiapkan ibu dengan memberikan penjelasan yang diperlukan mengenai kelahiran dan perawatan bayinya. Sedangkan pada ibu yang sudah pernah mempunyai anak akan mempunyai gambaran dan pengalaman dalam merawat bayinya, sehingga akan lebih siap dan tahu merawat bayinya.(19)
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mubasir dkk, Pada tahun 1993 menemukan lebih tinggi frekuensi kejadian kanker serviks pada pasien yang pernah melahirkan dari pada yang belum melahirkan.(10)
Multiparitas terutama dihubungkan dengan kemungkinan menikah pada usia muda, disamping itu dihubungkan pula dengan sosial ekonomi yang rendah dan higiene yang buruk.(23)
Sumber lain mengemukakan bahwa paritas tinggi merupakan salah satu faktor resiko terkena kanker serviks. Bukhari L dan Hadi A menyebutkan bahwa golongan wanita yang bersalin 6 kali atau lebih mempunyai resikomenderita kanker serviks 1,9 kali lebih besar dari pada golongan wanita yang bersalin antara 1-5 kali, meskipun hal ini merupakan faktor resiko namun hal tersebut harus dijadikan perhatian kita untuk mendeteksi terhadap golongan ini.32 Kehamilan dan persalinan yang melebihi 3 orang dan jarak kehamilan terlalu dekat akan meningkatkan kejadian kanker seriks.(13)
Susanto dan Suardi (1987) di Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung dalam penelitiannya mendapatkan paritas terbanyak pasien kanker serviks yaitu paritas lebih dari lima, Sahil MF (1993) mendapatkan pada paritas 6 atau lebih cenderung terkena kanker serviks. Multiparitas diduga menyebabkan penurunan daya tahan tubuh. Pada penelitian di Swedia memperlihatkan bahwa tingkat rekurensi meningkat pada paritas lebih dari tiga.(34)

2.2.4. Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan formal adalah segenap bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik yang bersifat umum, maupun yang bersifat khusus. Pendidikan in formal adalah pendidikan dan pelatihan yang terdapat di luar lingkungan sekolah, dalam bentuk yang tidak terorganisasi.(30)
Dalam arti formal pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan guna mencapai perubahan tingkah laku. Sedangkan tugas pendidikan disini adalah memberikan atau peningkatan pengetahuan dan pengertian, menimbulkan sikap positif serta memberikan / meningkatkan keterampilan-keterampilan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Salah satu jenis pendidikan diantaranya adalah pendidikan formal yaitu pendidikan yang diperoleh dilingkungan sekolah seperti SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi dan lain-lain. Pendidikan formal berfungsi untuk mengajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan yang bersifat khusus. (30)
Pendidikan formal di dapatkan dari sekolah, pendidikan informal didapatkan diluar sekolah misalnya dalam keluarga atau masyarakat. Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu berhubungan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat dan pengetahuannya pun akan semakin tinggi. (30)
Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang tidak peduli terhadap program kesehatan yang ada, sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Walupun ada sarana yang baik belum tentu mereka tahu menggunakannya. (30)
Perilaku hidup sehat sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk. Tingkat pendidikan yang masih rendah merupakan salah satu sebab rendahnya pemahaman masyarakat terhadap informasi kesehatan serta pembentukkan perilaku sehat.(30)
Tingkat pengetahuan yang tinggi pada seseorang akan menjadikannya lebih kritis dalam menghadapi berbagai masalah. Sehingga pada wanita yang mempunyai tingkat pendidikan yang baik akan membangkitkan partisipasinya dalam memelihara dan merawat kesehatannya. Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung akan memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.(30)
Pendidikan dan pendapatan keluarga dihubungkan dengan nutrisi yang dikonsumsi sehari-hari, higiene serta kepatuhan untuk melakukan pemeriksaan secara teratur. Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Walaupun ada sarana yang baik belum tentu mereka tahu menggunakannya. Dengan pendidikan yang tinggi maka semakin banyak seseorang mengetahui tentang permasalahan yang menyangkut perbaikan lingkungan dan hidupnya.(23, 30, 32)

2.2.5. Pekerjaan
Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan untuk mendapatkan hasil atau upah yang dapat dinilai dengan uang. Dalam pekerjaan selalu terdapat tuntutan perubahan kebutuhan yang cepat akan keterampilan dan pengetahuan, dengan bekerja seseorang dapat lebih memiliki informasi dan pengetahuan yang lebih baik, khususnya pengetahuan tentang kesehatan.
Dalam pekerjaan selalu terdapat tuntutan perubahan kebutuhan yang cepat akan kseterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memegang pekerjaan yang mengarah kesistem kerja yang otomatis. Untuk memenuhi tuntutan dibutuhkan informasi yang lengkap dan cepat, maka dari itu orang yang bekerja akan memiliki akses yang lebih baik tentang berbagai informasi. (36)

2.2.6. Jumlah Perkawinan
Jumlah perkawinan wanita yang kawin lebih banyak terkena penyakit ini dari pada yang tidak kawin. Salah satu bukti mengenai hal ini ialah dengan memeriksa serviks. Menurut para ahli pada simposium UICC di Mexico tahun 1964 karsinoma serviks akan lebih banyak ditemukan pada wanita yang kawin lebih dari 1 kali, hal ini dihubungkan dengan kemungkinan terjangkitnya virus HPV. Akan tetapi penelitian terakhir dari WHO tidak menemukan hubungan yang bermakna antara jumlah perkawinan dengan terjadinya karsinoma serviks.(12, 23, 27)
Ritonga BS di Bandung melaporkan angka yang berbeda, dikemukakan olehnya pada penderita karsinoma serviks yang berobat di RS dr.Hasan Sadikin selama periode tahun 1962-1973 jumlah kawin satu kali sebanyak 43,3%, kawin dua kali sebanyak 26,2% dan kawin tiga kali sebanyak 8,4%.(27)
Kebebasan berganti pasangan jelas mempengaruhi terjadinya kanker serviks. Menurut Rotkun ID pergantian pasangan lebih dari dua kali akan meningkatkan risiko terjadinya karsinoma serviks, terlebih lagi jika beberapa faktor pencetus terjadi bersamaan.(27)

ketidaknyamanan kehamilan trimester III

2.2 Ketidaknyamanan yang umum terjadi dalam masa kehamilan trimester III
Ketidaknyamanan kehamilan trimester III adalah keadaan tidak nyaman yang dirasakan oleh ibu hamil trimester III yaitu dari mulai umur kehamilan 28 minggu sampai 40 minggu.4 Ketidaknyamanan kehamilan trimester III meliputi: Peningkatan frekuensi berkemih/nokturia, Konstipasi/ sembelit, Edema, Insomnia, Nyeri pinggang , Keringat berlebihan, dan sebagainya2.
Tidak semua wanita mengalami semua ketidaknyamanan yang umum muncul selama kehamilan, tetapi banyak wanita mengalaminya dalam tingkat ringan hingga berat. Bebasnya seorang wanita dari ketidaknyamanan tersebut dapat membuat perbedaan signifikan terhadap cara wanita memandang pengalaman kehamilannya. Aspek fisiologis,anatomis dan psikologis yang mendasari setiap ketidaknyamanan (jika diketahui) dijelaskan untuk merangsang pikiran ibu hamil mencari upaya lebih lanjut untuk mengatasinya. Cara mengatasi ketidanyamanan ini didasarkan pada gejala yang muncul5. Adapun ketidaknyaman-ketidaknyaman yang bisa terjadi pada ibu hamil trimester III adalah:
2.2.1 Konstipasi atau Sembelit
Konstipasi atau Sembelit selama kehamilan terjadi karena: Peningkatan hormone progesterone yang menyebabkan relaksasi otot sehingga usus kurang efisien, konstipasi juga dipengaruhi karena perubahan uterus yang semakin membesar, sehingga uterus menekan daerah perut, dan penyebab lain konstipasi atau sembelit adalah karena tablet besi (iron) yang diberikan oleh dokter/ bidan pada ibu hamil biasanya menyebabkan konstipasi juga, selain itu tablet besi juga menyebabkan warna feses (tinja) ibu hamil berwarna kehitam-hitaman tetapi tidak perlu dikhawatirkan oleh ibu hamil karena perubahan warna feses karena pengaruh zat besi ini adalah normal
Cara mengatasi konstipasi atau sembelit adalah:
1) Minum air putih yang cukup minimal 6-8 gelas/ hari.
2) Makanlah makanan yang berserat tinggi seerti sayuran dan buah-buahan.
3) Lakukanlah olahraga ringan secara teratur seperti berjalan (Jogging).
4) Segera konsultasikan ke dokter/ bidan apabila konstipasi atau sembelit tetap terjadi setelah menjalankan cara-cara no. 1 sampai 3 diatas 2.

2.2.2 Edema atau pembengkakan
Edema pada kaki timbul akibat gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada ekstremitas bagian bawah. Gangguan sirkulasi ini disebabkan oleh tekanan uterus yang membesar pada vena-vena panggul saat wanita tersebut duduk atau berdiri pada vena kava inferior saat ia berada dalam posisi terlentang. Pakaian ketat yang menghambat aliran balik vena dari ekstremitas bagian bawah juga memperburuk masalah. Edema akibat kaki yang menggantung secara umum terlihat pada area pergelangan kaki dan hal ini harus dibedakan dengan perbedaan edema karena preeklamsia/eklamsia5
Adapun cara penangaannya adalah sebagi berikut:.
1) Hindari menggunakan pakaian ketat
2) Elevasi kaki secara teratur sepanjang hari
3) Posisi menghadap kesamping saat berbaring
4) Penggunaan penyokong atau korset pada abdomen maternal yang dapat melonggarkan vena-vena panggul

2.2.3 Insomnia
Pada ibu hamil, gangguan tidur umunya terjadi pada trimester I dan trimester III. Pada trimester III gangguan ini terjadi karena ibu hamil sering kencing (dibahas pada sub bahasan sebelumnya yaitu sering buang air kecil/nokturia), gangguan ini juga disebabkan oleh rasa tidak nyaman yang dirasakan ibu hamil seperti bertambahnya ukuran rahim yang mengganggu gerak ibu.
Bebearapa cara untuk mengurangi gangguan insomnia, yaitu:
1) Ibu hamil diharapkan menghindari rokok dan minuman beralkohol
Menghindari merokok dan mengkonsumsi alcohol pada saat hamil. Selain membahayakan janin, rokok dan alkohol juga membuat ibu hamil sulit tidur.
2) Ibu hamil diharapkan menghindari kafein
Menghindari kafein dapat membuat seseorang susah tidur dan membuat jantung berdebar. Selain, selain terdapat pada kopi, kafein juga terdapat pada teh soda, dan cokelat.
3) Sejukkan kamar tidur. Hentikan olahraga, setidaknya 3 atau 4 jam sebelum tidur
Melakukan latihan fisik atau berolahraga ringan selama hamil memang sangat baik untuk menunjang kesehatan fisik dan mental ibu. Namun, jangan sampai karena berolahraga, jangan sampai tubuh ibu tidak sempat untuk beristirahat cukup setelah berolahraga.
4) Usahakan tidur sebentar di siang hari
Tidur di siang hari dapat membantu ibu mengusir rasa lelah. Sebaiknya tidur di sing hari cukup dilakukan 30 sampai 60 menit saja. Jika ibu terlalu lama tudursiang, bisa jadi ibu tidak dapat tidur di malam hari.
5) Buat jadwal yang teratur
Mengatur waktu tidur dan bangun akan membantu ibu untuk tidur dan bangun pada jam yang sama setiap harinya. Untuk mempermudah tertidur, usahakan agar ibu tenang dan rileks.
6) Biasakan miring kiri
Biasakan tidur dalam posisi miring ke kiri mulai trimester pertama sampai akhir kehamilan. Posisi tidur miring ke kiri juga akan membantu darah dan nutrisi mengalirlancar ke janin dan rahim, serta membantu ginjal untuk sedikit memperlambat produksi urine. Membiasakan tidur dalam posisi ini juga bermanfaat untuk membantu ibu tidur lebih optimal ketika perut semakin membesar pada trimester III.
7) Kurangi minum pada malam hari
Sebaiknya ibu lebih banyak minum pada pagi dan siang hari untuk mengurangi frekuensi buang air kecil pada malam hari yang berakibat juga ibu sering kencing pada malam hari.
8) Minum segelas susu hangat
Meminum segelas susu hangat akan membuat ibu hamil mudah terlelap. Kandungan asam amino tryptophan yang terdapat dalam susu akan meningkatkan kadar serotonin dalam otak dan membantu ibu hamil tidur. Susu juga akan membangkitkan hormone melatonin dalam darah yang membuat seseorang menjadi mudah mengantuk13.



2.2.4 Nyeri punggung bawah (Nyeri Pinggang)
Nyeri punggung bawah (Nyeri pinggang) merupakan nyeri punggung yang terjadi pada area lumbosakral. Nyeri punggung bawah biasanya akan meningkat intensitasnya seiring pertambahan usia kehamilan karena nyeri ini merupakan akibat pergeseran pusat gravitasi wanita tersebut dan postur tubuhnya. Perubahan-perubahan ini disebabkan oleh berat uterus yang membesar. Jika wanita tersebut tidak memberi perhatian penuh terhadap postur tubuhnya maka ia akan berjalan dengan ayunan tubuh kebelakang akibat peningkatan lordosis. Lengkung ini kemudian akan meregangkan otot punggung dan menimbulkan rasa sakit atau nyeri. Masalah memburuk apabila wanita hamil memiliki struktur otot abdomen yang lemah sehingga gagal menopang berat rahim yang membesar. Tanpa sokongan, uterus akan mengendur. Kondisi yang membuat lengkung punggung semakin memanjang. Kelemahan otot abdomen lebih sering terjadi pada wanta grande multipara yang tidak pernah melakukan latihan untuk memperoleh kembali struktur otot abdomen normal. Nyeri punggung juga bisa disebabkan karena membungkuk yang berlebihan, berjalan tanpa istirahat, angkat beban, hal ini diperparah apabila dilakukan dalam kondisi wanita hamil sedang lelah. Mekanika tubuh yang tepat saat mengangkat beban sangat penting diterapkan untuk menghindari peregangan otot tipe ini. Berikut ini adalah dua prinsip penting yang sebaiknya dilakukan oleh ibu hamil:
1) Tekuk kaki daripada membungkuk ketika mengambil atau mengangkat apapun dari bawah
2) Lebarkan kedua kaki dan tempatkan satu kaki sedikit didepan kaki yang lain saat menekukan kaki sehingga terdapat jarak yang cukup saat bangkit dari proses setengah jongkok
Cara untuk mengatasi ketidaknyamanan ini antara lain:
1) Postur tubuh yang baik
2) Mekanik tubuh yang tepat saat mengangkat beban
3) Hindari membungkuk berlebihan, mengangkat beban, dan berjalan tanpa istirahat
4) Gunakan sepatu bertumit rendah; sepatu tumit tinggi tidak stabil dan memperberat masalah pada pusat gravitasi dan lordosis
5) Jika masalah bertambah parah, pergunakan penyokong penyokong abdomen eksternal dianjurkan (contoh korset maternal atau belly band yang elastic)
6) Kompres hangat (jangan terlalu panas) pada punggung (contoh bantalan pemanas, mandi air hangat, duduk di bawah siraman air hangat)
7) Kompres es pada punggung
8) Pijatan/ usapan pada punggung
9) Untuk istirahat atau tidur; gunakan kasur yang menyokong atau gunakan bantal dibawah punggung untuk meluruskan punggung dan meringankan tarikan dan regangan5.



2.2.5 Kegerahan
Saat hamil terjadi peningkatan aliran darah, agar penyuluhan zat-zat gizi yang dibutuhkan untuk tumbuh kembang janin dapat berjalan lancer. Kondisi ini bisa menyebabkan anda mudah merasa kepanasan atau kegerahan. Umumnya, keluhan ini muncul saat kandungan mencapai 20 minggu atau saat aliran darah di dalam tubuh mulai meningkat.
Kegerahan disebabkan selain karena peningkatan kadar hormone progesteron yang membuat pembuluh darah melebar dan aliran darah lebih meningkat, bisa juga disebabkan metabolisme di tubuh yang makin meningkat makin tinggi laju metabolisme, makan banyak pula kalori atau energy panas yang dihasilkan atau dilepaskan. Selain itu, disebabkan juga karena proses bernapas dan berkeringat yang anda lakukan, yang antara lain berfungsi membuang kelebihan panas di dalam tubuh ibu hamil. Janin juga mengahasilkan panas di dalam tubuhnya, tetapi janin belum bisa melakukan proses berkeringat dan bernapas maka kelebihan panas di dalam tubuh janin di buang ke melalui tubuh ibu. Itu sebabnya, semakin bertambah usia janin anda, panas yang dikeluarkan tubuhnya juga semakin banyak. Anda pun jadi mudah kegerahan, serta akan lebih banyak mengelurakan keringat.
Cara mengatasi kegerahan yang dialami oleh ibu hamil adalah:
1) Pakai baju yang longgar dan nyaman.
2) Pilihlah baju dari bahan yang mudah menyerap keringat seperti dari bahan katun.
3) Jaga sirkulasi udara di dalam rumah agar tetap baik. Misalnya, dengan sering membuka jendela atau pintu.
4) Hidari tempat-tempat sempit yang membuat anda merasa pengap.
5) Sering-seringlah berada di ruangan terbuka atau alam terbuka.
6) Perbanyak minum cairan, baik air putih maupun jus buah segar untuk mengganti cairan tubuh yang keluar dalam bentuk keringat2.

2.2.6 Sering Buang Air Kecil
Peningkatan frekuensi berkemih atau sering buang air kecil disebabkan oleh tekanan uterus karena turunnya bagian bawah janin sehingga kandung kemih tertekan dan mengakibatkan frekuensi berkemih meningkat karena kapasitas kandung kemih berkurang12. Sebab lain adalah karena nocturia yang terjadinya aliran balik vena dari ekstremitas difasilitasi saat wanita sedang berbaring pada saat tidur malam hari. Akibatnya adalah pola diurnal kebalikannya sehingga terjadi peningkatan pengeluaran urin pada saat hamil tua.
Cara mengurangi ketidaknyamanan ini adalah:
1). Ibu perlu penjelasan tentang kondisi yang dialaminya
2). Mengurangi asupan cairan pada sore hari


2.3 Primigravida dan Multigravida
2.3.1 Primigravida
Primigravida adalah Wanita yang baru hamil untuk pertama kalinya14 . seorang ibu primigravida biasanya mendapatkan kesulitan dalam mengenali perubahan-perubahan yang terjadi dalam tubuhnya yang menyebabkan ketidaknyamanan selama kehamilannya berlangsung. Hal ini mempengaruhi psikologis ibu, karena kurangnya pengetahuan ibu hamil tersebut. Kurangnya pengetahuan ini juga menyebabkan ibu primigravida tidak tahu cara mengatasi ketidaknyamanan yang ibu rasakan.

2.3.2 Multigravida
Multigravida adalah ibu yang sudah hamil atau sedikitnya telah hamil lebih dari dua kali6. Ibu multigravida biasanya lebih berpengalaman dalam mengenali ketidaknyamanan kehamilan sehingga ibu juga mampu mengatasai ketidaknyamanan sehingga ibu biasanya lebih siap dalam mengatasi ketidaknyamanan yang ibu rasakan. Perilaku ibu ini dipengaruhi juga oleh berbagai faktor termasuk pengaruh lingkungan sekitar, ibu multigravida biasanya sudah mendapatkan informasi dari lingkungan sekitar, media massa dan ibu juga sudah berkali-kali mendapatkan informasi tentang bagaimana mengatasi ketidaknyamanan kehamilan dari petugas kesehatan yang terlatih sehingga dapat merubah perilaku mereka. Perilaku dibentuk oleh kebiasaan, yng diwarnai oleh adat istiadat yang berlaku di masyarakat. Perilaku adalah hasil dari proses yang berlangsung selama perkembangan.15

2.4. Kriteria Ibu Hamil
2.4.1 Umur
Umur pasien sangat menentukan kesehatan maternal dan berkaitan erat dengan kondisi kehamilan, persalinan, dan nifas. Proses reproduksi sebaiknya berlangsung pada saat ibu berumur 20 – 35 tahun, sebab, pada saat itu penyulit kehamilan jarang terjadi.

2.4.2 Gravida
Pada primigravida umumnya belum mempunyai gambaran mengenai kejadian-kejadian yang akan dialami saat hamil dan cara mengatasi ketidaknyamanan atau hal-hal yang terjadi pada saat hamil. Oleh sebab itu penting sekali mempersiapkan ibu dengan memberikan penjelasan yang diperlukan mengenai kehamilan dan bagaimana harus menjalani kehamilan itu supaya kehamilan tidak berubah menjadi suatu hal yang tidak normal. Sedangkan pada ibu yang sudah pernah mempunyai anak akan mempunyai gambaran dan pengalaman dalam mnjalani kehamilan sehingga ibu yang sudahpernah hamil akan lebih tanggap apabila ada hal-hal yang mengganggu kenyamanannya, sehingga akan lebih siap dalam menjalani sebuah kehamilan20.

2.4.3 Pendidikan
Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku sesorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui pengajaran dan pelatihan. Pendidikan formal adalah segenap bentuk pendidikan atau pelatihan yang diberikan secara terorganisasi dan berjenjang, baik yang bersifat umum, maupun yang bersifat khusus. Pendidikan informal adalah pendidikan dan pelatihan yang terdapat di luar lingkungan sekolah, dalam bentuk yang tidak terorganisasi.21.
Dalam arti formal pendidikan adalah suatu proses penyampaian bahan atau materi pendidikan guna mencapai perubahan tingkah laku. Sedangkan tugas pendidikan disini adalah memberikan atau peningkatan pengetahuan dan pengertian, menimbulkan sikap positif serta memberikan / meningkatkan keterampilan-keterampilan masyarakat atau individu tentang aspek-aspek yang bersangkutan sehingga dicapai suatu masyarakat yang berkembang. Salah satu jenis pendidikan diantaranya adalah pendidikan formal yaitu pendidikan yang diperoleh dilingkungan sekolah seperti SD, SLTP, SLTA, Perguruan Tinggi dan lain-lain. Pendidikan formal berfungsi untuk mengajarkan pengetahuan umum dan pengetahuan yang bersifat khusus. 21
Pendidikan formal di dapatkan dari sekolah, pendidikan informal didapatkan diluar sekolah misalnya dalam keluarga atau masyarakat. Tingkat pendidikan seseorang dapat mendukung atau mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang dan taraf pendidikan yang rendah selalu berhubungan dengan informasi dan pengetahuan yang terbatas, semakin tinggi pendidikan seseorang semakin tinggi pula pemahaman seseorang terhadap informasi yang didapat dan pengetahuannya pun akan semakin tinggi. 21
Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang tidak peduli terhadap program kesehatan yang ada, sehingga mereka tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Walupun ada sarana yang baik belum tentu mereka tahu menggunakannya. 21
Perilaku hidup sehat sangat dipengaruhi oleh tingkat pendidikan penduduk. Tingkat pendidikan yang masih rendah merupakan salah satu sebab rendahnya pemahaman masyarakat terhadap informasi kesehatan serta pembentukkan perilaku sehat.21
Tingkat pengetahuan yang tinggi pada seseorang akan menjadikannya lebih kritis dalam menghadapi berbagai masalah. Sehingga pada wanita yang mempunyai tingkat pendidikan yang baik akan membangkitkan partisipasinya dalam memelihara dan merawat kesehatannya. Wanita yang berpendidikan tinggi cenderung akan memperhatikan kesehatan diri dan keluarganya.21
Pendidikan dan pendapatan keluarga dihubungkan dengan nutrisi yang dikonsumsi sehari-hari, higiene serta kepatuhan untuk melakukan pemeriksaan secara teratur. Pendidikan yang rendah menyebabkan seseorang tidak mengenal bahaya yang mungkin terjadi. Walaupun ada sarana yang baik belum tentu mereka tahu menggunakannya. Dengan pendidikan yang tinggi maka semakin banyak seseorang mengetahui tentang permasalahan yang menyangkut perbaikan lingkungan dan hidupnya.21, 22.

2.4.4 Pekerjaan
Pekerjaan adalah segala usaha yang dilakukan atau dikerjakan untuk mendapatkan hasil atau upah yang dapat dinilai dengan uang. Dalam pekerjaan selalu terdapat tuntutan perubahan kebutuhan yang cepat akan keterampilan dan pengetahuan, dengan bekerja seseorang dapat lebih memiliki informasi dan pengetahuan yang lebih baik, khususnya pengetahuan tentang kesehatan.
Dalam pekerjaan selalu terdapat tuntutan perubahan kebutuhan yang cepat akan keterampilan dan pengetahuan yang diperlukan untuk memegang pekerjaan yang mengarah kesistem kerja yang otomatis. Untuk memenuhi tuntutan dibutuhkan informasi yang lengkap dan cepat, maka dari itu orang yang bekerja akan memiliki akses yang lebih baik tentang berbagai informasi23.